Hidayatullah.com–Langkah para aktivis gender meminta dukungan ke berbagai anggota DPR dan DPD untuk menggolkan RUU Keadilan dan Keseteraan Gender (KKG) menjadi perhatian serius Majelis Intelektual dan Ulama Muda Indonesia (MIUMI).
Fahmi Salim, MA, Wasekjen MIUMI, berpendapat, langkah aktifis feminis yang mulai serius meminta dukungan berbagai pihak, menurutnya, itu semata-mata guna menandingi umat Islam.
“Jadi saya pikir tampaknya kalangan aktivis gender dan feminis sudah mulai menabuh genderang perang untuk menggolkan RUU Keserataan Gende ini setelah ada banyak penolakan yang diinisiasi MIUMI,” tegasnya kepada hidayatullah.com, Selasa (03/07/2012).
Seperti diketahui, kalangan aktifis feminis telah melakukan penggalangan dukungan melalui tanda tangan dalam bentangan kain lebar yang dilakukan usai seminar nasional bertajuk “Peran Anggota Parlemen Laki-laki dalam Pencapaian Kesetaraan Gender” di Gedung Kompleks Parlemen Senayan, Senin (01/07/2012) kemarin.
Acara ini diadakan oleh Forum Parlemen Indonesia untuk Kependudukan dan Pembangunan bekerja sama dengan Komnas Perempuan, Parlemen Perempuan Indonesia, dan Komisi VIII DPR RI.
Fahmi menilai para aktivis femninis dan gender memang melakukan berbagai cara untuk menggolkan RUU yang bermuatan kontroversial tersebut.
“Mereka melakukan upaya penggalangan dukungan kepada para elit politik,” paparnya.
Namun menurutnya, dalam tubuh DPR sendiri masih terjadi silang pendapat terhadap RUU ini. Ada yang menolak, ada pula yang menerima.
“Kita belum bisa memetakan, memang yang semangat dari kalangan anggota dewan perempuan atau ibu-ibu. Tapi ada juga dari pihak anggota dewan laki-laki yang menolak,” tandas Fahmi yang sempat beberapa kali melakukan rapat dengar pendapat dengan Komisi VIII.
Umumnya, lanjut Fahmi, tujuan aktivis Gender menggolkan RUU KKG ini karena alasan diskriminasi dan kekerasan. Padahal umat Islam juga tidak setuju atas diskriminasi dan kekerasan terhadap perempuan.
“Tapi kan itu sudah diatur dalam RUU yang lain dan Indonesia sudah meratifikasi CEDAW (the Convention on the Elimination of All Forms of Discrimination Against Women). Jadi, untuk apalagi dibuat RUU untuk Keseteraan dan Keadilan Gender ini. Ini yang kita pemsalahkan,” sambung master dalam bidang Tafsir al-Qur’an dari Al-Azhar Kairo ini.
Karena itu, Fahmi menilai, perkembangan mutakhir ini menuntut umat Islam untuk saling silaturahim dan merumuskan langkah strategis dan cerdas guna membendung RUU KKG.
“Sementara ini MIUMI sudah menggelar rapat membahas khusus bagaimana respon kita dari upaya terbaru dari kalangan gender dan feminisinis. Baru nanti kita rumuskan dan sounding ke berbagai elemen umat Islam,” ujarnya.
Ijtima’ ulama
Yuk bantu dakwah media BCA 1280720000 a.n. Yayasan Baitul Maal Hidayatullah (BMH). Kunjungi https://dakwah.media/
Sebelum ini, dalah ijtima’ ulama di Tasikmalaya, para ulama telah sepakat menolak RUU Kesetaraan dan Keadilan Gender yang kini masih dibahas DPR. Para ulama menilai, RUU ini menimbulkan pro dan kontra karena mengancam sendi-sendi agama.
“Karakter bangsa yang menjadi khazanah kekayaan masyarakat diabaikan,” jelas Wakil Sekretaris Jenderal Majlis Ulama Indonesia (MUI), Amirsyah Tambunan di Tasikmalaya, Ahad (01/07/2012), kepada Republika online.
Menurut Amirsyah, RUU tersebut terlalu mengacu kepada Barat yang memang mendewakan feminism dan lahirnya tak lepas dari pengabaian nilai-nilai keagamaan dan desakralisasi.
Sikap MUI ini direspon secara baik oleh MIUMI.
“Alhamdulillah, MUI tegas juga menolak RUU gender itu, jadi kita punya banyak kawan,” ujar Fahmi Salim.*/pizaro