Hidayatullah.com — Ketua Komisi Nasional Perlindungan Anak (Komnas Anak) Aris Merdeka Sirait merekomendasikan kepada orangtua, anak dan semua pihak yang memiliki perhatian terhadap bahaya rokok untuk menonton video liputan investigasi oleh wartawan Current TV Christof Blackman Putzel berjudul Sex, Lies, and Cigarettes.
Barangkali banyak yang belum mengetahui film yang telah diunggah di situs video sharing YouTube Desember 2011 lalu ini. Video berdurasi 42 menit 44 detik ini berisi laporan investigasi mendalam perihal “cengkraman” industri rokok di Indonesia.
“Ini laporan penting yang harus dilihat oleh orangtua dan yang peduli terhadap bahaya rokok,” kata Ketua Komisi Nasional Perlindungan Anak (Komnas Anak) Aris Merdeka Sirait kepada Hidayatullah.com, Senin (21/05/2012).
Dalam pengantarnya, video yang mengulas selubung moto “rokok itu keren” yang kerap ditampilkan di iklan TV ini, menyebutkan bahwa di daerah Times Square kota New York dapat ditemukan iklan-iklan semua barang. Tetapi ada satu produk yang tidak dapat ditemukan diantara papan papan iklan yang berbinar-binar. Apa itu? rokok.
Iklan-iklan rokok telah lama banyak dilarang di Amerika Serikat. Bahkan di sebuah toko di New York harga rokok Marlboro Red seharga 12 dollar atau sekitar RP. 120.000. New York adalah tempat termahal di Amerika untuk membeli rokok. Itu juga disebabkan karena pajak sin di kota besar ini memang besar. Walikotanya, Michael Bloomberg, adalah orang yang sangat ketat menerapkan regulasi terhadap rokok di kota ini.
“Hal menarik yang saya lihat bahwa kita tidak lagi banyak melihat orang merokok di luar bar dan restoran. Hanya beberapa. Dan kalau kita jalan melewati mereka, mereka akan sembunyikan rokok mereka karena malu” kata Bloomberg dalam video ini.
“Rokok, dalam abad ini, akan membunuh satu miliar orang kalau kita tidak bertindak. itu adalah pembunuh terbesar dan pembunuh yang paling dapat dicegah,” lanjutnya.
Gencaran iklan iklan rokok baru dapat dirasakan di jalanan. Indsutri tembakau sedang berburu konsumenn baru di negara negara termiskin di dunia. Cara marketing yang sudah banyak hilang di negara negara Barat sekarang menyelimuti Indonesia.
“Di kamar hotel, saya hidupkan TV dan untuk pertama kalinya dalam hidup saya, saya melihat iklan rokok. Iklan-iklan yang menghubungkann rokok dengan gambaran kebebasan, petualangan dan paling banyak, gaya kaum muda. (menit 07:12)
Iklan-iklan rokok tidak saja ada di Jakarta dengan baliho. Bahkan di jalan berdebu desa desa kecil. Itu satu satunya aspek pemandangan Indonesia yang selalu ada. (menit 07:33)
Di Amerika dan sebagaimana negara-negara lainnya, menjual produk produk tembakau pada anak di bawah umur 18 tahun adalah ilegal. Di Indoensia tidak ada peraturan semacam itu (Menit 12:25).
Flo’Rida sekarang adalah salah satu dari banyak artis internasional yang mendapatkan ribuan dolar dengan membuat pertunjukan untuk industri tembakau. The Black Eyed Peas, Smashing Pumkins, Muse, Slash, mereka semua pernah bermain di Indonesia dibayar dengan uang dari rokok (menit 13:32).
Don drapper dosen periklanan di sebuah unibersitas, Masli, yang pernah bekerja di industri Philip Morris, berterus terang tentang siapa yang industri tembakau target di Indonesia. “Young Man” atau kaum muda. Begitu jawabnya ketika Chrsitof menanyakan siapa sebenarnya target industri tembakau di Indonesia.
“Kaum muda. Bisa dikatakan, yang tidak resmi, 14 tahun ke atas. Resminya 18 tahun ke atas” (menit 15:16).
Yuk bantu dakwah media BCA 1280720000 a.n. Yayasan Baitul Maal Hidayatullah (BMH). Kunjungi https://dakwah.media/
Pada tahun 2005, orang orang Malboro di Philip Morris membayar sekitar 5 miliar dollar untuk membeli salah satu perusahaan rokok terbesar di Indonesia, Sampoerna. Sejak itu salah satu prioritas utama Philip Morris adalah untuk memromosikan A-Mild brand milik Sampoerna dengan moto mereka yang tidak terlalu halus, “Go Ahead”. (menit 15:49)
Philip Morris sekarang mengeluarkan lebih darii 200 juta dollar per tahun untuk pemasaran di Indonesia. Menurut perusaaan tersebut, tidak satu dolar pun akan dialokasikan untuk memikat perokok muda (16:03)
Menyaksikan video ini mungkin akan memuat kita tertegun. Betapa tidak, di saat cengkaraman regulasi menjadi lebih erat di Amerika, industri tembakau justru membuat permainan untuk keuntungan yang agresif di tempat lain. Dalam lima tahun terakhir, Philip Morris bukan hanya mentarget Indonesia, tapi mereka juga memperoleh perusahaan di Afrika Selatan, Colombia, Pakistan, dan Meksiko.
“Ini penting untuk diketahui bahwa dunia internasional pun telah melakukan mengangkat bagaimana massifnya geliat industri tembakau di negeri ini ,” pungkas Aris.*