Hidayatullah.com –.Tokoh feminis asal Kanada Irshad Manji menyarankan wartawan di Indonesia meniru wartawan di Amerika, terutama Amerika Utara, khususnya dalam masalah liberalisasi agama. Di Amerika, kata Manji, secara umum pandangan liberalisasi agama telah berkembang dengan baik. Wartawan Amerika tidak selalu memandang agama sebagai sebuah hal yang tabu untuk dikaji. Sebaliknya, mereka justru berani untuk terus mengkaji lebih dalam.
“Kita tidak bisa bersikap dangkal. Jangan semata-mata memandang agama sebagai biang masalah antar suku ataupun umat. Kita bisa saja melihat dari sisi kenapa kelompok tertentu melakukan suatu hal atau aksi atas nama agama tertentu,” ujar Irshad dalam acara diskusi buku “Allah, Liberty, and Love”, yang diadakan Aliansi Jurnalis Indonesia (AJI) Sabtu lalu di Kalibata, Jakarta Selatan.
Berbeda dengan di Amerika, menurut Irshad, secara umum di Eropa, isu agama dipandang tabu, sensitif, dan terkadang dangkal oleh wartawan. Karena itu, sedikit wartawan-wartawan yang berani untuk terus menggali lebih dalam terkait permasalahan agama yang berkembang di sana. Sikap jurnalistik yang takut membicarakan dinamika agama merupakan sebuah pembodohan dimasyarakat. Masyarakat yang berharap bisa mendengarkan sudut pandang liberal, hak asasi mereka untuk mengambil sebuah pilihan sudah dirampas. Karena sikap jurnalistik yang takut membicarakan keberadaan permasalahan agama dalam masyarakat yang kekinian.
Irshad juga meminta wartawan tidak takut menggarap isu-isu agama meski dinilai menyebabkan kericuhan di dalam masyarakat sosial.
“Wartawan tidak bisa bermain di permukaan saja. Wartawan harus berani menggali lebih dalam,” ujarnya.
Seperti diketahui, acara diskusi Irshad Manji yang juga dikenal pegiat lesbian ini ini berjalan lancar.
Irshad Manji hadir didampingi dua pembicara lain yaitu Dosen Universitas Paramadhina yang juga aktivis Jaringan Islam Liberal (JIL) Novriantoni Kahar, dan wartawan Jakarta Post Endi Bayuni.
Diskusi yang digelar di Kantor AJI di Jl Kalibata Timur, Jakarta Selatan itu berjalan lancar dan dijaga 50 anggota Banser NU berpakaian seragam.
Sebelumnya, acara serupa di Teater Salihara dibubarkan warga sekitar yang merasa keberatan.
Berguru Salman Rusdie
Dalam bukunya edisi Indonesia berjudul “Beriman Tanpa Rasa Takut: Tantangan Umat Islam Saat Ini”, Irshad yang dikenal lesbian ini banyak menggugat sejumlah ajaran pokok dalam Islam, termasuk keimanan kepada keotentikan Al-Quran serta kema’shuman Nabi Muhammad.
Yuk bantu dakwah media BCA 1280720000 a.n. Yayasan Baitul Maal Hidayatullah (BMH). Kunjungi https://dakwah.media/
Bahkan ia mengakui sendiri dalam berbagai tulisan dalam bukunya, jika ia banyak terpengaruh penulis novel yang menghina Nabi Muhammad seperti Salman Rushdie, yang pernah difatwakan hukuman mati akibat novel “Ayat-Ayat Setan” nya.
“Apa yang dikatakan Salman Rushdie padaku ketika aku mulai menulis buku ini teringat lagi saat aku berefleksi terhadap hidupku sejak penerbitan buku ini. Aku ingat ketika bertanya kepadanya kenapa dia memberikan semangat kepada seorang Muslim muda sepertiku, untuk menulis sesuatu yang bisa mengundang malapetaka ke dalam kehidupannya, seperti yang telah menimpa dirinya. Tanpa ragu sedikit pun, dia menjawab, “Karena sebuah buku lebih penting ketimbang hidup,” ujarnya dalam buku “Beriman Tanpa Rasa Takut: Tantangan Umat Islam Saat Ini”, (hal. 322).*