Hidayatullah.com–Pemberitaan media seputar bentrokan antara jamaah Ahmadiyah dan warga di Kecamatan Cikeusik, Kabupaten Pandeglang, Provinsi Banten, dinilai tidak berimbang dan hanya menyajikan informasi permukaan saja serta terkesan mengabaikan aspirasi suara mainstream.
Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Bidang Kerukunan Umat Beragama Slamet Effendi Yusuf, menyayangkan pemberitaan beberapa media massa dan elektronik yang dinilainya tak jarang menyajikan berita yang tendensius menyerang suatu lembaga atau kelompok.
“Suara mainstrem diabaikan. Yang diberitakan hanya peristiwanya, yang ramai ramainya, untuk meningkatkan rating,” kata Efendi Yusuf kepada hidayatullah.com ditemui usai pertemuan MUI dan Polri di kantor MUI di Jakarta, Rabu (16/2) siang tadi.
Dengan memberikan perumpamaan, Efendi Yusuf mengungkapkan sebuah adagium populer dalam wilayah jurnalisme “Anjing menggigit orang bukanlah berita, orang menggigit anjing barulah berita”, menjadi gambaran bagaimana sejumlah media yang acapkali mengetengahkan sebuah sudut pandang berita hanya dari satu sisi dan bombastis yang diharapkan akan menaikkan rating.
“Misalnya menyebutkan penyebab masalah adalah ormas, maka ini teruslah yang selalu diangkat, minta agar dibubarkan, tanpa melihat dari sudut pandang yang lain,” terang Effendi.
Dalam pada itu, MUI, lanjut Effendi, berharap media massa bisa menghadirkan informasi yang berimbang serta tidak semakin menambah rumit suatu persoalan. Dia mengimbuhkan, media massa hendaknya menyajikan pemberitaan dengan santun dan solutif.
Yuk bantu dakwah media BCA 1280720000 a.n. Yayasan Baitul Maal Hidayatullah (BMH). Kunjungi https://dakwah.media/
Pada kesempatan pertemuan tersebut, MUI menyatakan sikap terjadinya bentrok yang bernuansa SARA yang terjadi di beberapa wilayah akhir-akhir ini.
“Pemerintah harus sigap. Aparatlah yang berhak melakukan penertiban,” tandas dia.*