Hidayatullah.com-Lembaga Paga Nagari provinsi Sumatera Barat, mengapresiasi peristiwa terbakarnya beberapa kafe di pinggiran Danau Singkarak, Kabupaten Solok, Ahad dini hari, yang diduga kuat menjadi sarang kemaksiatan, seperti diberitakan laman hidayatullah.com.
Ketua Paga Nagari Sumbar, Ibnu Aqil D. Ghani dalam keterangan persnya, Senin siang (10/1) di Padang, menegaskan, aksi massa tersebut merupakan wujud tanggungjawab anak-kemanakan dan anak nagari di selingkar Danau Singgkarak untuk mamaga (melindungi) Nagari (kampung) mereka dari segala bentuk kemaksiatan. Karenanya, ia menolak disebut melakukan aksi kekerasan.
“Jangan sertamerta aktivis LSM menjustifikasinya sebagai aksi kekerasan dan main hakim sendiri. Tolong lihat dulu latarnya, penyulutnya,” ujar Drs. Ibnu Aqil menjawab hidayatullah.com.
Bahkan Ibu Aqil berpendapat, yang harus menerima sanksi tidak hanya tempat, lokasinya saja. “Pemilik kafe dan pelaku kemaksiatan juga harus diberi sangsi yang berat,” pintanya.
Menurut Ketua Paganagari, hukum adat di Minangkabau, pelaku dan penyedia kemaksiatan seharusnya ‘dibuang sepanjang adat’, tak boleh tinggal di tanah adat, dan tak boleh pula menerima pusako adat.
Aqil menegaskan, anak nagari di ranah Minang (Sumbar) wajib membersihkan nagarinya dari segala kemaksiatan yang akan mengundang azab Allah Azza wa Jalla. Menurutnya, bumi ranah Minang, kata Aqil, baru saja diluluhlantakkan bencana gempa dahsyat.
Sadar atau tidak, bencana itu bukanlah siklus dan fenomena alam belaka. Masyarakat Minang yang memegang teguh komitmen adat basandi sara’, sara’ basandi kitabullah (al-Qur’an), pastilah menghayati pesan al-Qur’an pula, bahwa betapa banyak negeri yang ditimpakan bencana, bahkan negeri itu dibalikkan Allah SWT, disebabkan penduduknya ingkar dan membiarkan kemunkaran.
Yuk bantu dakwah media BCA 1280720000 a.n. Yayasan Baitul Maal Hidayatullah (BMH). Kunjungi https://dakwah.media/
Keberdaan geokrafis Sumatera Barat yang persis terletak di atas “cincin api” jalur gempa ini, kata Aqil, tidak cukup hanya dihadapi dengan kewaspadaan yang tinggi saja. Ia harus disejalankan pula dengan upaya bersungguh-sungguh meninggikan keimanan dan ketaqwaan.
“Zikir bersama dari tingkat provinsi hingga pelosok desa, jangan hanya karena ketakutan sesaat, pasca gempa saja. Sementara kemaksiatan, pelacuran, esek-esek, korupsi, manupilasi, jalan terus. [dnj/hidayatullah.com]