Hidayatullah.com–Sejak beberapa tahun silam, peran Ikatan Cendekiawan Muslim se-Indonesia (ICMI) terasa mandul. ICMI yang dulu banyak berjasa kepada umat Islam, terutama dalam hal politik, kini perannya tak sesanter dulu. Padahal, banyak persoalan umat Islam menumpuk dan harus segera diselesaikan.
Tujuan awal ICMI, kata mantan Ketua Umum ICMI, Adi Sasono, membela kepentingan umat Islam, baik dalam kebijakan publik maupun ekonomi, yang belum digarap secara maksimal. Posisi umat Islam di dua sektor ini masih sangat memprihatinkan. Jauh panggang dari api. Padahal, jumlah umat Islam mayoritas.
Di sektor kebijakan publik, misalnya, masih banyak hal yang tidak pro dan merugikan umat Islam. Umat Islam seolah asing dan tidak bebas dalam mayoritasnya. Terlebih di bidang ekonomi, masih banyak umat Islam yang hidup miskin.
Adi Sasono mengemukakan hal ini dalam diskusi yang dihadiri sejumlah pengurus ICMI Jawa Timur di Restoran Nur Pacifik, Gubeng, Surabaya Kamis (18/11) malam. Ia sengaja hadir memberikan pencerahan. Meski terkesan serius, tapi materi yang dibawakan mantan Menteri Koperasi/Pengusaha Kecil dan Menengah ini diselingi joke-joke segar. Tak pelak, suasana diskusi pun banyak diwarnai gelak tawa peserta.
Kondisi paradoks tersebut membuat Adi Sasono heran. Fenomena tersebut seolah hanya terjadi di Indonesia. Beda dengan orang Cina di Indonesia, kendati jumlah mereka sedikit, tapi mayoritas kaya.
“Di Indonesia ini, yang kaya makin kaya, sedang yang miskin makin tambah anak,” seloroh Adi Sasono.
Faktor ekonomi, menurut Adi, merupakan elemen penting bagi umat Islam dan bangsa. Sayangnya, banyak partai, terutama partai Islam yang justru hanya diam, tak bergerak melakukan pembelaan. Buktinya, jika ada ritel-ritel asing masuk menghujam jantung perekonomian rakyat kecil di kampung-kampung, tak ada partai Islam yang lantang berteriak.
Lemahnya ekonomi, ujar Adi, berimbas pada lemahnya proses keberagamaan umat Islam. “Ekspansi pendirian masjid turun. Apalagi, jika dibanding dengan gereja, angkanya jauh lebih kecil,” katanya. Lebih miris lagi, tambah Adi, pemurtadan atau kristenisasi di berbagai tempat, terutama di pesisir pulau Jawa kian marak.
Yuk bantu dakwah media BCA 1280720000 a.n. Yayasan Baitul Maal Hidayatullah (BMH). Kunjungi https://dakwah.media/
“Karena itu, ICMI harus lebih dekat dengan umat Islam,” terangnya.
Selain problem di atas, menurut Adi, bangsa ini sedang dilanda penyakit materialisme. Pandangan dan orientasi hidup masyarakat kini didominasi materialisme. Masyarakat menyembah harta benda, menumpuk kekayaan dan berebut kekuasaan. “Fenomena seperti itu tak jauh beda dengan zaman jahiliyah,” tegasnya.
Lebih jelas, Adi mengatakan, orang kaya seperti koruptor, tidak mendapatkan sanksi sosial oleh masyarakat. Bagi orang miskin, mereka justru dianggap makhluk berjiwa sosial tinggi yang peduli pada mereka ketika mereka dimintai sumbangan. [ans/hidayatullah.com]