Hidayatullah.com-Presiden Suriah Bashar al Assad mengatakan pada hari Selasa menyindir PresidenTurki Recep Tayyip Erdogan dengan sebutan ‘perampok’, merujuk Operasi Mata Air Perdamaian (Operation Peace Spring) yang digelar Turki untuk memburu YPG/PKK.
“Erdogan adalah seorang perampok … Dia telah merampok pabrik-pabrik, gandum dan minyak, dan hari ini dia merampok tanah,” katanya dikutip kantor berita pemerintah Suriah, SANA hari Selasa (22/10).
Dalam pernuataannya, Assad juga mengatakan, mengalahkan pejuang oposisi di wilayah barat laut Idlib sebagai kunci mengakhiri perang delapan tahun di negara yang kini porak-poranda itu.
“Semua wilayah di Suriah memiliki kepentingan yang sama, tetapi yang mengatur prioritas adalah situasi militer di lapangan,” kata Assad saat bertemu dengan personil Angkatan Darat Suriah di garis depan di desa al-Habit, Idlib.
Tahun 2017 Erdogan dengan terang-terangan menyebut Bashar al Assad sebagai pemimpin teroris.
“Bashar al-Assad merupakan seorang teroris… Kita tidak bisa membiarkan orang ini terus melanjutkan pekerjaannya. Jika kita biarkan, maka tidak akan adil (bagi rakyat Suriah yang telah tewas),” imbuh Erdogan dalam pernyataannya dalam konferensi pers digelar di Tunis usai Erdogan bertemu Presiden Tunisia Beji Caid Essebsi tahun 2017.
Dibantu Rusia dan Iran, Assad saat ini telah mengendalikan sekitar 60 persen wilayah di Suriah.
Perang delapan tahun, telah menewaskan hampir setengah juta jiwa, dan jutaan warga Suriah terlantar di negeri orang sejak.
Yuk bantu dakwah media BCA 1280720000 a.n. Yayasan Baitul Maal Hidayatullah (BMH). Kunjungi https://dakwah.media/
Perang berkecamuk ketika Rezim tangan besi ini memerangi rakyatnya yang menginginkan perubahan pada 2011 yang akrab disebut Revolusi Suriah atau al-Syaurah al islami.
Rakyat yang menginginkan refromasi, justru dilawan menggunakan senjata tajam, jet-jet tempor dan bom-bom gentong (Bom Barel).
Negara Teluk dan Turki sejak lama menginginkan Bashar al-Assad lengser guna menghindari korban lebih banyak Suriah.*