Hidayatullah.com–Cabang setempat dari Civil Defence telah mengupload lebih dari lusinan foto di Facebook selama dua minggu terakhir yang menunjukkan anggotanya berjuang melawan kebakaran tanaman dan pertaninan di wilayah yang diserang oleh tentara Rezm Bashar al Assad.
“Api menyebar di salah satu hasil panen di desa al-Buhariya…karena rezim menarget itu dengan mortar berkaliber besar,” Civil Defence di Rif Dimashq menulis pada 10 Juni 2016, di sebelah sebuah foto yang memperlihatkan tiga anggotanya memadamkan sisa-sisa api yang telah membakar sebagian dari lahan petani.
Serangan tentara Suriah pada masa panen musim panas mengancam komponen utama suplai makanan Ghouta Timur yang telah melemah. Selain dari konvoi bantuan kemanusiaan yang disponsori PBB dan bantuan makanan yang diselundupkan dari luar oleh kelompok pejuang, Ghouta Timur telah bertahan hidup dari pengepungan dengan mengolah lahan pertanian yang diirigasi dari cabang sungai Barada di wilayah telah lama menjadi penghasil gandum sejak 2 milenium sebelum masehi.
Terbakarnya panen mengancam suplai pangan ke depannya, meningkatkan kecemasan akan bulan-bulan selanjutnya yang akan lebih dingin, padahal jika panen tersebut disimpan dapat menjadi suplai utama.
Pertanian merupakan “satu-satunya sektor yang memberikan kesempatan kerja, dan hal itu membantu Ghouta berkecukupan” di bawah pengepungan, Alaa a-Sufi, manajer administrasi United Aid Office di Ghouta ztimur, yang mengawasi distribusi bantuan dan proyek pertanian setempat, dikutip Middle East Eye hari Jumat (17/06/2016).
“Itu merupakan aktivitas utama bagi penduduk Ghouta, khususnya setelah sektor industri berhenti [berproduksi], dan perdagangan berkurang karena pengepungan ini,” kata dia.
Pemerintah melakukan serangan besar ke produksi lahan pertanian Ghouta Timur bulan lalu dengan mengambil alih sektor selatan yang dikenal sebagai penghasil gandum. Harga lahan pertanian meningkat dua kali lipat setelah itu, kata Ayman Abu Anes dari Solidarity Aid Group, yang mendistribusikan bantuan kemanusiaan pada penduduk setempat.
“Harga bahan makanan pada masa panen saat ini sedang meningkat, dan hal itu merupakan pertanda buruk…apa ini yang akan terjadi pada musim dingin?” kata Abu Anes. “Pada titik ini kamu dapat melupakan tentang menyimpan bahan makan untuk musim dingin” karena terbakarnya hasil panen baru-baru ini.
Penduduk wilayah yang dikuasai pejuang di luar Ghouta Timur juga menuduh militer rezim Suriah karena melakukan pengeboman pada lahan pertanian mereka. Di sisi lain kota Damaskus di Ghouta Barat, kebakaran yang disebabkan pemboman pemerintah menyebar di sepanjang lahan gandum di kota Daraya bulan ini, meski konvoi bantuan yang membawa bantuan makanan dapat masuk untuk pertama kalinya sejak 2012.
Di tengah provinsi Homs, para petani di wilayah yang dikepung memanen lebih awal pada tahun ini untuk menghindari terulangnya insiden pada 2015, ketika mereka kehilangan sebagian besar tanaman mereka karena serangan mortar pemerintah rezim, seperti yang dilaporkan media pro-oposisi All4Syria pada 5 Juni.
Yuk bantu dakwah media BCA 1280720000 a.n. Yayasan Baitul Maal Hidayatullah (BMH). Kunjungi https://dakwah.media/
Membomi lahan pertanian adalah salah satu cara pemerintah membatasi akses makanan ke wilayah yang dikuasai pejuang oposisi. Cara lainnya adalah dengan mengebom pabrik-pabrik roti, yang seperti didokumentasikan oleh Human Rights Watch di provinsi Aleppo pada awal Agustus 2012 dan 2016.
Taktik ini bagian dari tujuan untuk mendelegitimasi brigade sehingga mereka tidak dapat melayani populasi setempat dan menciptakan kondisi blokade yang memaksa pejuang maupun penduduk sipil menerima kesepakatan damai.
Di Ghouta Timur, penduduk terlihat cemas dikarenakan lahan subur di mana mereka bergantung untuk bertahan hidup makin menyusut dari hari ke hari.
“Rezim Suriah akan melingkari kami dengan beberapa blok semen,” kata Abu Anes, pekerja bantuan.
“Tidak akan ada lagi pertanian di dalam.”/Nashirul Haq AR