Hidayatullah.com—Empat pengungsi asal Sri Lanka yang membantu menyembunyikan Edward Snowden di rumah susun sempit mereka di Hong Kong, ketika pria Amerika Serikat itu melarikan diri setelah mengungkap spionase besar-besaran oleh intelijen AS atas jaringan telekomunikasi, hari Selasa (28/9/2021) akhirnya memperoleh suaka di Kanada setelah bertahun-tahun nasib mereka terkatung-katung.
Supun Thilina Kellapatha dan Nadeeka Dilrukshi Nonis tiba di Toronto bersama anak mereka Sethumdi dan Dinath dan akan menuju ke Montreal untuk “memulai kehidupan baru,” kata organisasi nirlaba For the Refugees dalam sebuah pernyataan.
Keluarga itu merupakan bagian dari kelompok yang terdiri dari tujuh pengungsi Sri Lanka dan Filipina yang tinggal di Hong Kong yang setuju untuk membantu menyembunyikan Snowden setelah membuat kegemparan pada 213.
Vanessa Rodel, asal Filipina, dan putrinya Keana diberikan suaka di Kanada pada tahun 2019 dengan bantuan For the Refugees, yang melobi Kanada untuk menerima empat orang lain, dengan alasan mereka menghadapi penganiayaan baik di tanah airnya maupun di Hong Kong karena mereka membantu Snowden.
Keluarga Kelapatha terancam dideportasi setelah klaim suaka pertama mereka di Hong Kong ditolak.
Dia mengaku lega karena akhirnya menemukan tempat perlindungan permanen.
“Saya sangat senang ini berakhir. Saya sangat senang bisa pergi ke Kanada,” katanya seperti dikutip South China Morning Post, sebelum menaiki pesawat yang membawa dia dan keluarganya keluar dari Hong Kong.
Snowden menyambut baik kabar kedatangan keluarga itu di Kanada.
“Ini adalah berita terbaik yang pernah saya dengar dalam waktu yang sangat lama,” tulisnya di Twitter seperti dilansir AFP Rabu (29/9/2021).
Orang ketujuh dari sekelompok orang yang menolong Snowden adalah diserter tentara Sri Lanka bernama Ajith Pushpakumara, yang saat ini masih berada di Hong Kong.
“Meskipun kami menyambut kedatangan dan awal babak baru dalam kehidupan keluarga empat orang ini, kita tidak bisa mengabaikan bahwa Ajith masih tertinggal di belakang,” kata Marc-Andre Seguin, presiden For the Refugees, kepada AFP, seraya menambahkan bahwa pihaknya masih terus melobi pemerintah Kanada untuk memberikan suaka kepada bekas tentara itu.
Robert Tibbo, pengacara bagi Pushpakumara di Kanada mengatakan bahwa aplikasi suaka kliennya masih diproses keimigrasian Kanada.
Tibbo sendiri pergi meninggalkan Hong Kong pada 2017, karena khawatir dengan keselamatannya setelah mewakili para pengungsi Snowden di kota bisnis tersebut.
Snowden membongkar ribuan dokumen rahasia perihal tindakan spionase besar-besaran oleh intelijen AS yang dilakukan menyusul serangan 11 September 2001 atas kompleks gedung WTC di New York.
Yuk bantu dakwah media BCA 1280720000 a.n. Yayasan Baitul Maal Hidayatullah (BMH). Kunjungi https://dakwah.media/
Dalam pelariannya Snowden terdampar di Hong Kong setelah media internasional melaporkan aksinya. Awalnya dia bersembunyi di hotel, dengan dikelilingi jurnalis dari berbagai negara.
Sekelompok pengungsi tersebut bersedia menyembunikan Snowden selama sekitar dua pekan sampai pemuda AS itu bisa terbang ke Rusia, di mana sekarang dia tinggal.
Peran para pengungsi itu terungkap ke publik lewat film dokumenter tahun 2016 besutan sutradara Oliver Stone yang berkisah tentang Snowden. Akibatnya mereka hidup dalam ketakutan di Hong Kong, kata For the Refugees.
Di wilayah otonomi China itu, aplikasi suaka bisa berlarut-larut hingga bertahun-tahun dan belum tentu dikabulkan. Pemohon suaka tidak diperbolehkan bekerja dan menerima tunjangan hanya HK$3.000 ($385) sebulan di salah satu kota yang berbiaya hidup paling mahal di dunia itu.*