Hidayatullah.com–Taliban telah mulai memasuki Kabul, ibu kota dan kota terbesar di Afghanistan, lapor Kementerian Dalam Negeri negara itu. Al-Jazeera melaporkan perkembangan terakhir beberapa jam setelah kelompok itu merebut kota utama timur negara itu Jalalabad, mengambil kendali rute penting yang menghubungkan Afghanistan dan Pakistan.
Menurut seorang pemimpin Taliban di Doha, yang telah menjadi tempat serangkaian pembicaraan antara kelompok itu dan Pemerintah Afghanistan, para gerilyawannya diinstruksikan untuk menghindari kekerasan dan memberi jalan kepada setiap individu yang ingin meninggalkan Kabul.
Taliban mengatakan tidak memiliki rencana untuk mengambil ibu kota Afghanistan “dengan paksa”. Kelompok bersenjata itu mengeluarkan pernyataan itu saat para pejuang mereka memasuki pinggiran Kabul.
“Imarah Islam menginstruksikan semua pasukannya untuk berdiri di gerbang Kabul, tidak mencoba memasuki kota,” kata juru bicara Taliban di Twitter, meskipun beberapa penduduk melaporkan para pejuang dengan damai memasuki beberapa pinggiran luar kota.
Namun, tidak jelas apakah pemerintah boneka yang dipimpin Presiden Ashraf Ghani akan membalas atau menyerah. Sebelumnya, AFP melaporkan bahwa Presiden AS Joe Biden telah memerintahkan lebih banyak pasukan untuk membantu mengevakuasi para pejabat dan sekutu AS setelah Taliban merebut kota Mazar-i-Sharif dan nyaris menduduki Kabul.
Itu setelah warga mengkonfirmasi jatuhnya kota Mazar-i-Sharif yang sebelumnya merupakan kubu anti-Taliban. Ghani, yang menghadapi pengepungan, sebelumnya, ketika menyampaikan pidato kepada rakyat negara itu bersumpah untuk menghentikan pertumpahan darah meskipun pasukan pertahanan pemerintah menderita kekalahan selama 10 hari terakhir.
Yuk bantu dakwah media BCA 1280720000 a.n. Yayasan Baitul Maal Hidayatullah (BMH). Kunjungi https://dakwah.media/
Namun Ghani tidak memberikan indikasi dalam pidatonya apakah dia akan bertanggung jawab atas kejatuhan tentara atau mengundurkan diri. Secara efektif, Kabul menjadi satu-satunya benteng terakhir bagi pasukan pertahanan pemerintah dan memiliki sedikit atau tidak memiliki kemampuan di bidang lain.
Kelompok gerilyawan itu sebelumnya telah mendirikan kamp sekitar 50 kilometer (km) dari ibu kota Afghanistan. Sementara itu, AS dan negara-negara lain bergegas mengevakuasi warganya dengan aman karena takut akan serangan.*