Hidayatullah.com—Prancis menangguhkan operasi militer bersama dengan Mali menyusul kudeta belum lama ini.
Prancis mengatakan penangguhan akan berlangsung sampai pihaknya memperoleh jaminan kekuasaan akan dikembalikan ke tangan sipil.
Tentara Prancis beberapa tahun terakhir menjadi penyokong utama bagi pasukan Mali, Chad, Mauritania, Niger, dan Burkina Faso dalam perang mawan milisi-milisi di kawasan Sahel.
Pada 25 Mei, Kolonel Assimi Goïta, menyingkirkan presiden dan perdana menteri pemerintahan sementara yang dijabat sipil. Akibat tindakannya itu kelompok kerja sama Afrika Barat Ecowas dan African Union (AU) menghentikan keanggotaan Mali.
Dua hari setelah kudeta, Mahkamah Agung menetapkan Kolonel Goïta sebagai presiden sementara Mali.
Hari Kamis (3/6/2021), Prancis juga mengatakan sambil menunggu kekuasaan di Mali diserahkan kepada sipil, tentara Prancis akan melanjutkan operasi militer di sana secara independen.
Mali merupakan negara di kawasan Afrika Barat bekas jajahan Prancis yang tidak memiliki garis pantai. Wilayahnya luas tetapi rakyat hidup miskin dan terbelakang.
Yuk bantu dakwah media BCA 1280720000 a.n. Yayasan Baitul Maal Hidayatullah (BMH). Kunjungi https://dakwah.media/
Kudeta pada tahun 2012 mendorong kebangkitan milisi-milisi yang memanfaatkan kekacauan dan ketidakstabilan di bagian Utara negara itu.
Tentara Prancis membantu pasukan pemerintah merebut kembali daerah-daerah yang dikuasai kelompok bersenjata.*