Hidayatullah.com–Ratusan pelajar Bangladesh bentrok dengan polisi dan pasukan perbatasan di distrik Brahmanbaria timur, setidaknya lima orang telah dilaporkan tewas dan puluhan lainnya luka-luka dalam protes anti-Modi di Bangladesh timur. Pasukan keamanan melepaskan tembakan untuk memadamkan protes terhadap kunjungan Perdana Menteri India Narendra Modi, Al Jazeera melaporkan.
Ratusan pelajar dari sekolah agama pada hari Sabtu (27/03/2021) bentrok dengan polisi dan pasukan perbatasan dalam protes anti-Modi di distrik Brahmanbaria. Polisi mengatakan mereka harus melepaskan tembakan untuk mengendalikan kekerasan.
“Kami menerima tiga jenazah yang terkena peluru dan dua lainnya meninggal karena luka-luka mereka kemudian,” ungkap Abdullah Al Mamun, seorang dokter di Rumah Sakit Umum Brahmanbaria milik pemerintah, kepada Reuters.
Seorang petugas polisi setempat mengonfirmasi lima orang telah tewas tetapi menolak disebutkan namanya karena dia tidak berwenang untuk berbicara dengan media, menurut kantor berita tersebut. Polisi Bangladesh tidak secara resmi mengkonfirmasi jumlah korban tewas.
Kekerasan dimulai pada hari Jum’at (27/03/2021) di ibu kota Dhaka, dan berlanjut ke beberapa distrik di negara mayoritas Muslim berpenduduk 168 juta itu, di mana banyak kelompok menuduh Modi mendiskriminasi Muslim minoritas di India yang mayoritas Hindu.
Setidaknya empat pendukung kelompok Hefazat-e-Islam meninggal pada hari Jum’at setelah polisi melepaskan tembakan ketika pengunjuk rasa diduga menyerang kantor polisi di kota tenggara Chittagong. Puluhan orang juga terluka di Dhaka pada hari Jum’at ketika polisi menggunakan peluru karet dan gas air mata dalam bentrokan dengan pengunjuk rasa.
Pada hari Sabtu, ratusan anggota Hefazat-e-Islam dan kelompok lainnya berbaris melalui Chittagong dan Dhaka, memprotes kematian pendukung mereka.
“Polisi menembaki pendukung damai kami,” pungkas sekretaris kelompok, Azizul Haque, yang menyelenggarakan unjuk rasa di Chittagong. “Kami tidak akan membiarkan darah saudara-saudara kami sia-sia.”
Hefazat-e-Islam telah menyerukan pemogokan nasional pada hari Minggu untuk memprotes pembunuhan tersebut. Amnesty International juga mengecam aksi polisi di Chittagong.
“Hak untuk protes damai telah mendapat serangan bersama, terutama selama pandemi virus korona, yang berpuncak pada jenis penindasan berdarah ini,” ujar Sultan Muhammad Zakaria, peneliti Amnesty Asia Selatan, dalam sebuah pernyataan.
Modi mendarat di Dhaka pada hari Jum’at, perjalanan internasional pertamanya sejak wabah virus corona tahun lalu, untuk merayakan ulang tahun ke-50 kemerdekaan Bangladesh.
Dia meninggalkan negara itu pada hari Sabtu setelah mengadakan pembicaraan dengan Perdana Menteri Bangladesh Sheikh Hasina dan memberikan negara itu 1,2 juta suntikan vaksin COVID-19.
Yuk bantu dakwah media BCA 1280720000 a.n. Yayasan Baitul Maal Hidayatullah (BMH). Kunjungi https://dakwah.media/
Kedua negara mengeluarkan pernyataan bersama merayakan kerja sama dan kemitraan mereka, tetapi pemerintah Bangladesh tidak berkomentar tentang protes tersebut.
Layanan Facebook tidak tersedia di Bangladesh pada hari Sabtu, kata jejaring sosial itu, menambahkan pihaknya memiliki kekhawatiran serius tentang cara pembatasan itu pada saat komunikasi yang efektif diperlukan untuk mengatasi pandemi virus corona.
“Kami menyadari bahwa layanan kami telah dibatasi di Bangladesh,” ungkap Facebook dalam sebuah pernyataan. “Kami sedang bekerja untuk memahami lebih banyak dan berharap akses penuh dipulihkan secepat mungkin.”
Pemerintah Bangladesh tidak berkomentar apakah mereka telah memblokir Facebook dan aplikasi Messenger-nya, tetapi sebelumnya telah menggunakan penutupan internet sebagai alat untuk mengekang penyebaran protes.*