Hidayatullah.com–Maroko “berkomitmen” untuk membuka kedutaan besar di ‘Israel’ sebagai bagian dari kesepakatan normalisasi, pejabat ‘Israel’ mengatakan. Hal tersebut merupakan bagian dalam langkah besar pengembangan hubungan diplomatik kedua negara, lapor The New Arab.
Perjanjian yang ditengahi AS untuk menjalin hubungan antara ‘Israel’ dan Maroko bulan lalu telah menjanjikan pembukaan kantor penghubung di kedua negara tetapi tidak di kedutaan besar. Keengganan Maroko untuk membuka kedutaan besar di ‘Israel’ dilaporkan dipicu oleh kekhawatiran bahwa pemerintahan Joe Biden yang akan datang akan membalikkan keputusan Presiden Donald Trump untuk mengakui kedaulatan Rabat atas wilayah Sahara Barat yang disengketakan.
Namun, dalam panggilan telepon minggu lalu, Raja Muhammad VI mengatakan kepada Perdana Menteri ‘Israel’ Benjamin Netanyahu bahwa negaranya berkomitmen untuk membuka kedutaan sebagai langkah selanjutnya dalam proses normalisasi, kata pejabat ‘Israel’ kepada Axios. Pejabat dari Maroko telah melakukan perjalanan ke Tel Aviv untuk memeriksa bekas kantor penghubung negara itu, sementara delegasi ‘Israel’ akan berada di Rabat minggu ini untuk melihat apakah kantornya dapat dibuka kembali.
Kantor Liason dapat dibuka di kedua lokasi secepat minggu depan, kata pejabat ‘Israel’. Proses normalisasi “bergerak sangat cepat” dan pada akhirnya akan mencakup pembukaan kedutaan, tambah seorang pejabat.
David Schenker, Asisten Menteri Luar Negeri untuk urusan Timur Dekat, juga akan melakukan perjalanan ke Maroko minggu depan untuk membahas pembukaan konsulat AS di Sahara Barat. Pada hari Rabu (06/01/2021), Sudan juga secara resmi menyetujui apa yang disebut Abraham Accords, bergabung dengan Maroko, Bahrain dan UEA dalam menjalin hubungan dengan ‘Israel’.
Yuk bantu dakwah media BCA 1280720000 a.n. Yayasan Baitul Maal Hidayatullah (BMH). Kunjungi https://dakwah.media/
Normalisasi dengan ‘Israel’ adalah masalah yang sangat kontroversial di kawasan Timur Tengah dan Afrika Utara, di mana negara dan publik secara historis menjauhi hubungan dengan ‘Israel’ untuk menunjukkan solidaritas dengan perjuangan Palestina.*