Hidayatullah.com–Sebuah perusahaan China yang memasok kaca gadget ke Apple, Amazon, Tesla, dan lainnya, telah dilaporkan oleh Tech Transparency Project (TTP) menggunakan tenaga kerja paksa Muslim Uighur dari provinsi Xinjiang, lapor The New Arab. Perusahaan Lens Technology yang berbasis di Hunan telah menggunakan ribuan pekerja seperti itu sebagai bagian dari penahanan massal pemerintah China terhadap warga Uighur dan kelompok minoritas Muslim lainnya, menurut laporan itu.
Mengutip catatan pemerintah dan laporan media China, investigasi TPP mengatakan ribuan dikirim dari Xinjiang ke pabrik-pabrik Lens Technology di provinsi Hunan sebagai bagian dari program “pengentasan kemiskinan” yang dipelopori oleh Kamar Dagang Xinjiang-Suzhou. Satu video yang dikutip oleh laporan tersebut menunjukkan ratusan pekerja yang konon merayakan Hari Nasional China di luar sebuah gedung.
Spanduk yang ditampilkan dalam video menunjukkan para pekerja tersebut berasal dari Xinjiang dan bekerja di bawah Lens Technology. Menyusul liputan media tentang laporan TTP pada hari Selasa (29/12/2020), Apple dengan cepat membantah peran atau hubungan apa pun dengan praktik kerja paksa di China.
“Apple tidak menoleransi kerja paksa. Mencari adanya kerja paksa adalah bagian dari setiap penilaian pemasok yang kami lakukan, termasuk audit mendadak,” kata juru bicara Apple Josh Rosenstock dalam sebuah pernyataan.
“Awal tahun ini kami mengonfirmasi bahwa tidak ada pemasok kami yang memiliki pekerja Uighur dari ‘program pemasangan’ dari Xinjiang di jalur produksi Apple mana pun.”
Raksasa teknologi yang berbasis di California itu telah diawasi dengan cermat atas hubungannya dengan perusahaan-perusahaan China karena dugaan perannya dalam melobi Undang-Undang Pencegahan Kerja Paksa Uighur. RUU itu akan memberi sanksi kepada perusahaan-perusahaan AS yang memblokir impor dari Xinjiang kecuali jika ada bukti bahwa kerja paksa tidak digunakan dalam produksi.
Tidak jelas perusahaan mana yang berusaha melemahkan atau mengubah RUU tersebut, namun, koalisi hak asasi manusia internasional telah secara terbuka mendesak Apple, Nike, Walmart, Adidas, Gap, dan beberapa perusahaan lain untuk mengungkapkan aktivitas mereka.
Kelompok, yang disebut Koalisi untuk Mengakhiri Kerja Paksa di Wilayah Uighur, terdiri dari federasi serikat pekerja AS, Anti-Perbudakan Internasional nirlaba Inggris, Konsorsium Hak Pekerja (WRC) dan beberapa kelompok advokasi Uighur. China telah menahan sekitar satu juta orang Uighur dan sebagian besar minoritas berbahasa Turki lainnya di kamp-kamp “pendidikan ulang” di wilayah Xinjiang yang dikontrol ketat di barat laut negara itu.
Yuk bantu dakwah media BCA 1280720000 a.n. Yayasan Baitul Maal Hidayatullah (BMH). Kunjungi https://dakwah.media/
Muslim di Xinjiang dilarang berpuasa selama bulan suci Ramadan dan diduga dipaksa untuk minum alkohol dan makan daging babi di kamp-kamp interniran. Kelompok hak asasi manusia dan mantan narapidana melihat langkah-langkah tersebut sebagai bagian dari kampanye untuk secara paksa mengasimilasi Uighur dan minoritas lainnya ke dalam masyarakat etnis mayoritas Han di negara itu, menipiskan budaya unik dan kepercayaan agama mereka.
China telah menepis tuduhan pelanggaran hak asasi manusia, mengklaim bahwa mereka telah mendirikan pusat ‘pendidikan ulang’ untuk memerangi ekstremisme.*