Hidayatullah.com–Taliban di Afghanistan pada hari Selasa (10/11/2020) mendesak Presiden terpilih AS Joe Biden untuk tetap berkomitmen pada perjanjian perdamaian Doha dengan kelompok tersebut, Anadolu Agency melaporkan. Perjanjian tersebut ditandatangani dalam masa pemerintahan Donald Trump.
Dalam tanggapan publik awalnya terhadap kemenangan Demokrat Joe Biden dalam pemilihan presiden AS, Taliban mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa perjanjian Doha adalah “dokumen yang sangat baik untuk mengakhiri perang dan untuk masa depan yang lebih baik bagi kedua negara”.
Pernyataan yang diposting di situs propaganda kelompok itu ditujukan kepada Biden dan pemerintahan AS di masa depan bahwa penarikan semua pasukan Amerika dari Afghanistan akan menjadi kepentingan “rakyat kami dan negara kami”. Kelompok tersebut juga menyatakan komitmennya terhadap kesepakatan tersebut.
“Presiden dan pemerintahan Amerika masa depan perlu waspada terhadap lingkaran penjual perang, individu dan kelompok yang berusaha untuk melanggengkan perang dan untuk membuat Amerika terperosok dalam konflik untuk mengejar kepentingan pribadi mereka dan memegang kekuasaan,” kata pernyataan Taliban.
Ini terjadi ketika pemerintah Afghanistan terus menyalahkan para pemberontak atas serangan teroris yang meningkat di seluruh negeri. Wakil Presiden Kedua Afghanistan Sarwar Danish pada hari Senin mendesak pemerintah baru AS di bawah Biden untuk mempertimbangkan kembali pembicaraan damai yang sedang berlangsung dengan Taliban.
Berbicara dalam sebuah konferensi di Kabul, Denmark mengklaim para pemberontak tidak percaya pada resolusi damai untuk konflik tersebut. “Kami (pemerintah Afghanistan) belum menandatangani atau menjadi pihak dalam perjanjian ini (perjanjian damai antara AS dan Taliban) dan kami juga belum meratifikasinya, dan dari sudut pandang hukum dan kewajiban kami, kami tidak bertanggung jawab atas detailnya isinya,” tambahnya.
Yuk bantu dakwah media BCA 1280720000 a.n. Yayasan Baitul Maal Hidayatullah (BMH). Kunjungi https://dakwah.media/
Di bawah pemerintahan Trump, kesepakatan yang ditandatangani antara AS dan Taliban membuka jalan bagi pembicaraan damai intra-Afghanistan di Doha antara pemerintah Kabul dan Taliban. Namun, tidak ada kemajuan nyata yang dibuat pada pembicaraan di ibu kota Qatar ini sejak diluncurkan pada 12 September.*