Hidayatullah.com — Menteri Pertahanan Turki Hulusi Akar menuduh Uni Emirat Arab (UEA) melakukan “tindakan jahat” di Libya dan Suriah serta berjanji akan meminta pertanggungjawabannya “di tempat dan saat yang tepat”, menurut kutipan wawancara yang dirilis oleh Al Jazeera pada Kamis (30/07/2020).
“UEA mendukung organisasi-organisasi teroris yang bermusuhan dengan Turki dengan maksud untuk merugikan kami,” kata Akar. “UEA harus mempertimbangkan ukurannya yang kecil dan tingkat pengaruhnya dan tidak boleh menyebarkan hasutan dan korupsi.”
Akar juga mengatakan bahwa Uni Emirat Arab adalah negara yang “berguna” bagi orang lain. “[Mereka] melayani orang lain secara politik atau militer dan [mereka] digunakan dari jarak jauh,” katanya.
Ankara dan UEA memiliki hubungan yang sangat agresif sejak kudeta yang gagal pada tahun 2016 di Turki, ketika para pejabat Turki mulai secara terbuka mempertanyakan apakah putra mahkota Abu Dhabi, Mohammed bin Zayed, ada hubungannya dengan konspirasi.
Mei lalu, dalam sebuah pernyataan terbuka, kementerian luar negeri Turki menuduh orang-orang Emirat mendukung kelompok militan Somalia yang terkenal, al-Shabab, serta ambisi separatis Dewan Transisi Selatan di Yaman.
Kedua negara terkunci dalam persaingan regional yang sengit, yang baru-baru semakin intensif di Libya, di mana mereka mendukung pihak yang berbeda.
Turki mencurigai bahwa sebuah pesawat UEA telah digunakan untuk menyerang sistem pertahanan udara Turki pada awal bulan ini di pangkalan udara al-Watiya di Libya barat, yang direbut oleh Pemerintah Kesepakatan Nasional (GNA) yang didukungnya dan diakui oleh PBB.
Akar, dalam wawancara yang sama, juga meminta para pendukung Tentara Nasional Libya (LNA) jenderal pembangkang Khalifa Haftar untuk berhenti memberikan dukungan. Haftar melakukan kampanye selama 14 bulan untuk merebut Tripoli dari GNA, yang berhasil digagalkan dengan dukungan Turki pada awal tahun ini.
LNA telah mundur ke pusat kota strategis Sirte dan pangkalan udara al-Juffra, yang menjadi target setelah al-Watiya.
“Jika UEA, Arab Saudi, Mesir, Rusia dan Prancis tidak menghentikan dukungan mereka, Haftar tidak akan stabil,” katanya. “Negara-negara ini harus mencegah Haftar dari mencapai tujuannya dan menyelesaikan masalah Sirte dan al-Juffra.”
Turki yang mendukung pemerintah GNA yang juga diakui oleh masyarakat internasional menyepakati kerja sama militer atas permintaan GNA. Selain mengirim kendaraan lapis baja dan tentara, Turki juga mengirim pesawat-pesawat drone yang kemampuannya telah terbukti mematikan.
Yuk bantu dakwah media BCA 1280720000 a.n. Yayasan Baitul Maal Hidayatullah (BMH). Kunjungi https://dakwah.media/
Negara tetangga Mesir, yang mendukung panglima pembangkang Haftar secara militer, pada bulan lalu menyebut Sirte dan Juffra adalah garis merah yang tidak boleh dilewati, mengancam akan melakukan intervensi jika itu dilakukan.
Akar mengatakan Mesir harus mempertimbangkan kembali pernyataannya tentang Libya. “Saya merekomendasikan Mesir menghindari pernyataan yang tidak melayani perdamaian di Libya, namun lebih memicu perang,” katanya.*
https://www.middleeasteye.net/news/turkey-uae-accountable-defence-minister