Hidayatullah.com-Isolasi sosial adalah jawaban terbaik membendung penyebaran pandemi virus corona atau COVID-19, namun hal itu juga berpotensi menimbulkan masalah psikologis. Pernyataan ini disampaikan psikiater asal Turki hari Senin (30/3/2020).
“Keterasingan sosial dapat menciptakan perasaan pembatasan dan ketidakberdayaan, oleh karena itu, orang dapat mengalami depresi,” kata Emre Tolun Arici, sebagaimana dikutip Anadolu Agency. Arici adalah seorang psikiater yang mengajar di Universitas Uskudar, berbasis di Istanbul.
Dia mengatakan bahwa ketakutan akan virus corona dapat menyebabkan gangguan mental dan psikologis. Ketakutan virus ini dapat menyebabkan serangan panik. Dia menyarankan agar mereka yang mendapatkan perawatan psikiatrik harus menghadiri terapi dan minum obat yang diresepkan.
Arici juga mencatat bahwa komunikasi intra-keluarga dan bersosialisasi melalui teknologi dengan teman-teman dapat membantu menjaga orang dari depresi.
“Itu wajar bagi orang-orang untuk memiliki kekhawatiran ini karena proses yang kita alami sekarang. Namun, penting untuk menjaga kecemasan ini pada tingkat tertentu,” katanya.
Dia mengatakan orang harus mengambil tindakan mereka, terutama penderita gangguan kecemasan harus ekstra hati-hati dan tidak ketinggalan perawatan. Tentang efek virus pada pasien serangan panik, Arici mengatakan wabah virus dapat meningkatkan keparahan penyakit kejiwaan mereka dan dapat menyebabkan gejala kecemasan.
“Jika orang terlalu fokus pada gejala fisik virus, gejala kecemasan, seperti sesak napas, perasaan tercekik, demam, dapat dipahami sebagai gejala COVID-19. Situasi ini dapat memicu serangan panik,” dia berkata.
Lebih lanjut, untuk mencegah kekhawatiran yang ekstrem dan tidak perlu. Ia mengatakan perlu istirahat atau tidur secara teratur, makan sehat, memperhatikan saran para ahli, dan tidak terekspos berita berlebihan tentang virus.
Yuk bantu dakwah media BCA 1280720000 a.n. Yayasan Baitul Maal Hidayatullah (BMH). Kunjungi https://dakwah.media/
Virus corona muncul di Wuhan, Cina Desember lalu dan telah menyebar ke sedikitnya 177 negara dan wilayah. Jumlah kasus terinfeksi yang dikonfirmasi di seluruh dunia kini telah melampaui 737.000.
Sementara jumlah kematian lebih dari 35.000 dan lebih dari 156.500 telah pulih, demikian data yang dikumpulkan oleh Johns Hopkins University yang berbasis di AS. Meskipun jumlah kasus meningkat, sebagian besar yang terinfeksi hanya mengalami gejala ringan dan sembuh.*