Hidayatullah.com–Organisasi di bawah Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk urusan pendidikan dan kebudayaan UNESCO mengatakan bahwa lebih dari 372 juta di seluruh dunia tidak sekolah akibat wabah coronavirus.
Penutupan sekolah secara nasional di 22 negara telah mengganggu proses belajar lebih dari 372 juta pelajar dari tingkat dasar sampai pendidikan tinggi, termasuk 58,6 juta mahasiswa di tingkat universitas dan lembaga pendidikan tinggi lainnya, menurut UNESCO.
Mayoritas pelajar yang tidak bersekolah berada di China, di mana lebih 233 juta pelajar tidak bersekolah setelah perintah penutupan serentak nasional guna memperlambat penyebaran Covid-19, meskipun UNESCO mencatat sejumlah sekolah sudah ada yang dibuka kembali.
Sekitar 576 juta pelajar lain berisiko dirumahkan di 17 negara –termasuk Prancis, Jerman, Inggris dan Spanyol– bila pemerintah di sana memutuskan menutup seluruh sekolah.
Sobhi Tawil, kepala bidang riset pendidikan di UNESCO, mengatakan bahwa sebenarnya penutupan sekolah di masa krisis, baik karena bencana alam atau peperangan, bukan sesuatu yang baru. Tapi penutupan berskala besar seperti sekarang ini belum pernah terjadi sebelumnya.
UNESCO mengatakan bahwa penutupan sekolah untuk waktu yang tidak lama tidak berakibat serius terhadap akademik siswa, sebab proses belajar dapat dilakukan secara jarak jauh.
Namun, cara belajar jarak jauh ini tidak dapat mengganti elemen sosial dan etis yang ada di pendidikan sekolah.
“Bahkan penutupan jangka pendek berdampak lebih keras bagi keluarga dari komunitas rentan,” kata Tawil, seperti dikutip RFI Rabu (11/3/2020).
Yuk bantu dakwah media BCA 1280720000 a.n. Yayasan Baitul Maal Hidayatullah (BMH). Kunjungi https://dakwah.media/
Tawil mengatakan bahwa UNESCO menggelar konferensi virtual yang mempertemukan para menteri pendidikan dari 72 negara. Di sana mereka saling melihat apa yang terjadi di negara lain, tentang penyebaran virusnya serta penutupan sekolah yang dilakukan. Para partisipan berbagi ide dan pengalaman tentang pembelajaran jarak jauh dan peralatan yang mereka gunakan.
“Kita perlu saling belajar dari satu sama lain dan membantu melalui pengalaman berbeda dan sumber daya yang dimiliki masing-masing negara,” kata pejabat UNESCO itu.*