Hidayatullah.com—Pihak berwenang Hong Kong mengaktifkan peringatan level dua (dari tiga level yang ada) di tengah-tengah kemunculan penyakit infeksi pernapasan misterius yang kemungkinan ditularkan dari China daratan.
Petugas kesehatan memasang peralatan pemindai suhu tubuh di Bandara Internasional Hong Kong untuk memeriksa temperatur penumpang pesawat yang baru mendarat sebagai respon wabah viral pneumonia yang sedang merebak di kota Wuhan, China daratan.
Otoritas Hong Kong juga melakukan prosedur serupa di stasiun-stasiun kereta yang berhubungan dengan China daratan. Pimpinan Eksekutif Hong Kong Carrie Lam hari Jumat (3/1/2020) mengunjungi stasiun kereta cepat West Kowloon untuk meninjau kerja petugas di lapangan.
“Pemerintah akan meninjau risiko dari waktu ke waktu dengan mengkaji bukti-bukti saintifik dan situasinya, mengaktivasi atau mendeaktivasi level kedaruratan dan mengimplementasikan kebijakan yang sesuai,” kata seorang jubir pemerintah Hong Kong dalam sebuah pernyataan seperti dilansir DW.
Pihak berwenang Hong Kong juga mendesak setiap orang melakukan tindakan pencegahan lewat higienis dasar –seperti mencuci tangan, menutup mulut dan hidung ketika bersin, dan mengisolasi diri mereka apabila mengalami gejala gangguan pernapasan.
Orang-orang juga diperingatkan agar berhati-hati bila bepergian ke luar Hong Kong, terutama ketika melakukan kontak dengan hewan.
Menurut koran terbitan Hong Kong South China Morning Post, jumlah suspek kasus di wilayah otonomi tersebut saat ini mencapai tujuh orang. Sedikitnya tiga orang kemudian diketahui hanya menderita penyakit flu biasa.
Wabah di Wuhan, sebuah kota di sebelah barat Shanghai dan berjarak sekitar 900 kilometer arah utara dari Hong Kong, telah menjangkiti 44 orang.
Yuk bantu dakwah media BCA 1280720000 a.n. Yayasan Baitul Maal Hidayatullah (BMH). Kunjungi https://dakwah.media/
Kebanyakan kasus tersebut berkaitan dengan sebuah pasar makanan yang menawarkan menu hewan liar yang dapat membawa virus berbahaya bagi manusia.
Penyakit infeksi mirip pneumonia ini mengingatkan akan wabah mematikan sekitar dua dekade silam. Pada tahun 2003, severe acute respiratory syndrome (SARS) merenggut nyawa 349 orang di China daratan dan 299 orang lainnya di Hong Kong. Menyusul wabah tersebut, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengkritik China karena mengecilkan jumlah kasus SARS yang dilaporkannya, di tengah-tengah kekhawatiran terjadi pandemi global.*