Hidayatullah.com–Menteri Kesehatan Jerman Jens Spahn memperingatkan Uni Eropa bahwa “puluhan ribu” item medis potensial mengalami kelangkaan apabila Inggris meninggalkan organisasi itu tanpa kesepakatan (no-deal Brexit).
Dilansir DW dari koran Handelsblatt hari Kamis (28/3/2019), sementara Brexit tanpa kesepakatan dapat menimbulkan masalah dalam hal perizinan ribuan produk, kekhawatiran utamanya terjadi kelangkaan obat di kedua belah pihak Inggris maupun Uni Eropa.
Apabila anggota-anggota parlemen Inggris tidak mencapai mufakat soal kesepakatan Brexit dengan UE sampai 12 April, negara itu harus keluar dari UE tanpa kesepakatan atau meminta penundaan waktu lagi. Ketika itu maka Inggris akan dianggap sebagai negara ketiga, dan pakar-pakar sertifikasinya tidak lagi dianggap layak untuk mengevaluasi produk.
Inggris seharusnya sudah keluar dari UE pada 29 Maret ini, tetapi karena belum ada suara bulat dari parlemen Inggris kerajaan itu diberi penundaan hingga 12 April.
Perusahaan penghasil produk medis di Inggris dan mereka yang mengekspornya ke Inggris dari berbagai negara Uni Eropa harus menghadapi birokrasi berbelit dan biaya yang lebih tinggi. Ini artinya rantai suplai dapat terganggu.
Sektor medis yang diatur sangat ketat merupakan salah satu yang paling rentan apabila terjadi no-deal Brexit.
Sekitar 45 juta paket individual obat-obatan diekspor dari Inggris ke UE, sementara sekitar 37 juta bergerak ke arah sebaliknya.
Yuk bantu dakwah media BCA 1280720000 a.n. Yayasan Baitul Maal Hidayatullah (BMH). Kunjungi https://dakwah.media/
Khawatir negaranya mengalami kelangkaan obat, pemerintah Inggris tampak memenuhi gudang dengan produk-produk medis. Sekitar tiga perempat dari jumlah obat-obatan yang biasa dipakai pusat pelayanan kesehatan nasional Inggris NHS tiba di negeri Ratu Elizabeth II itu.
Pemerintah juga meminta perusahaan-perusahaan mengadakan stok kebutuhan enam pekan sekitar 7.000 produk medis yang diresepkan dokter atau tersedia bebas di toko-toko obat, yang didatangkan dari Uni Eropa.*