Hidayatullah.com–Seorang pemuka Kristen Ortodoks membandingkan jumlah aborsi di Rusia dengan kehilangan nyawa selama Perang Dunia II, sementara Gereja Ortodoks Rusia terus mengupayakan undang-undang larangan aborsi.
“Berapa banyak orang yang kita membunuh diri kita sendiri? Lebih banyak dibanding [jumlah korban] Perang Dunia Kedua,” kata Dmitry Smirnov, kepala Komisi Patriarki untuk Keluarga, dalam sebuah forum kesehatan keluarga seperti dikutip RT Kamis (27/2/2019).
Dia mengatakan bahwa tingginya angka aborsi merupakan “pembunuhan massal terhadap anak-anak Rusia” dan “lebih buruk dibanding Holocaust.”
Pemuka Kristen Ortodoks itu menyeru agar pendapat publik perihal aborsi diubah, sebab sikap toleran terhadap masalah itu berarti mengarahkan bangsa Rusia “bunuh diri.”
Dia juga menegaskan kembali pendapatnya bahwa pembebasan terhadap aborsi harus dilarang, dengan alasan uang negara seharusnya tidak dipakai untuk “membunuh rakyatnya sendiri.”
Pernyataan Smirnov itu sejalan dengan upaya Gereja Ortodoks Rusia untuk memperketat aturan aborsi yang sepanjang sejarah bangsa itu liberal, guna menanggulangi angka kelahiran yang menurun dan menyokong “nilai-nilai keluarga.”
Meskipun aborsi legal dan bebas di Rusia, tetapi sejumlah daerah berusaha mencari cara untuk membatasinya.
Pada bulan Januari, Gubernur Daerah Penza di bagian tengah Rusia mengeluarkan inisiatif kontroversial, memerintahkan kepala-kepala daerah di bawahnya untuk secara pribadi kepada para wanita perihal mengakhiri kehamilan mereka.
Yuk bantu dakwah media BCA 1280720000 a.n. Yayasan Baitul Maal Hidayatullah (BMH). Kunjungi https://dakwah.media/
Ide itu menyulut perdebatan publik di Rusia antara kelompok yang pro-kehidupan alias antiaborsi dengan kelompok yang ingin wanita diberi kebebasan untuk memilih aborsi atau tidak.
Meskipun ada penurunan rasio aborsi-kelahiran sejak era 1990-an, tetapi Rusia masih menjadi salah satu negara yang tingkat aborsinya tertinggi di dunia, menurut Perserikatan Bangsa-Bangsa.*