Hidayatullah.com—Felix Tshisekedi akhirnya dilantik menjadi Presiden Republik Demokratik Kongo hari Kamis (24/1/2019), menggantikan Joseph Kabila yang belasan tahun berkuasa. Pelantikan Tshisekedi diwarnai protes rivalnya Martin Fayulu yang menuding Tshisekedi dan Kabila bersekongkol mengakali hasil hasil perhitungan suara.
Dilansir DW, Tshisekedi sempat kurang enak badan ketika pelantikan dan meninggalkan panggung. Dia kemudian kembali untuk menuntaskan pidatonya, mengatakan bahwa dirinya kelelahan akibat proses pemilihan dan terbawa suasana haru pelantikannya tersebut.
Sehari sebelum pelantikannya, Kabila hari Rabu mengatakan akan menyerahkan kekuasaan “tanpa penyesalan” dan mendesak rakyat Kongo mendukung Tshisekedi, 55, putra mendiang tokoh oposisi Etienne Tshisekedi.
Kabila, 47, memimpin negara Afrika kaya sumber daya mineral itu sejak 2001 menyusul pembunuhan atas ayahnya Laurent Kabila, tokoh pemberontak yang kemudian menjadi presiden.
Pelantikan presiden hari Kamis itu merupakan momen bersejarah, yang menandakan proses peralihan kekuasan lewat pemilu untuk pertama kalinya sejak negara itu mendapatkan kemerdekaan dari Belgia tahun 1960. Dunia politik negara kaya sumber daya alam tetapi miskin itu senantiasa diliputi perebutan kekuasaan, pembunuhan tokoh-tokoh pemimpinnya, intervensi pihak-pihak asing, perang saudara dan perongrongan terhadap institusi negara.
Tshisekedi dinyatakan sebagai pemenang pemilu dengan perolehan suara 38,5 persen, sedangkan rivalnya Martin Fayulu menyusul ketat dengan 34,8 persen suara. Capres yang dipilih Kabila untuk menggantikannya, Emmanuel Ramazani Shadary hanya mendulang 23,8 persen suara pemilih.
Fayulu mengklaim dirinya adalah pemenang sesungguhnya dari pilpres itu dan menuding hasil pemilu tersebut merupakan persekongkolan antara Tshisekedi dan Kabila. Gugatannya ke pengadilan dikalahkan oleh hakim beberapa hari lalu.
Yuk bantu dakwah media BCA 1280720000 a.n. Yayasan Baitul Maal Hidayatullah (BMH). Kunjungi https://dakwah.media/
Perhitungan suara yang dilakukan oleh Gereja Katolik Kongo yang mengerahkan 40.000 pemantau pemilu, mendapati bahwa Fayulu unggul. Jajak pendapat menjelang pelaksanaan pemilu oleh Congo Research Group, sebuah organisasi afiliasi New York University, menunjukkan bahwa Fayulu disukai oleh 44 persen responden, Tshisekedi 22 persen dan Shadary terseok-seok di belakang dengan 18 persen.*