Hidayatullah.com—Prancis melipatgandakan jam pelajaran bahasa yang diberikan kepada para imigran yang tinggal di negara itu secara legal. Demikian diumumkan Perdana Menteri Edouard Philippe hari Selasa (5/6/2018) seperti dilansir RFI.
Tambahan jam pelajaran bahasa Prancis itu merupakan bagian dari reformasi imigrasi yang dijalankan pemerintahan Presiden Emmanuel Macron, guna menyeimbangkan kebijakan deportasi atas pencari suaka yang ditolak dengan pemberian dukungan yang lebih baik bagi mereka yang diizinkan tinggal di negara tersebut.
Jam pelajaran dinaikkan menjadi 600 jam bagi pendatang asing yang baru tiba khususnya yang kesulitan menguasai bahasa setempat. Hal tersebut dikatakan Philippe usai pertemuan pertama komite antarkementerian yang dibentuk guna menangani masalah-masalah keimigrasian, lapor RFI Selasa (5/6/2018).
Philippe mengatakan upaya Prancis untuk mengintegrasikan para migran sampai saat ini kurang berambisi, seraya menambahkan bahwa kebijakan terhadap orang-orang yang diberi hak untuk menetap di Prancis seharusnya menguntungkan republik itu.
Dia tidak mengatakan berapa biaya untuk menggelar program tersebut.
Tambahan kelas bahasa merupakan salah satu dari puluhan usulan yang diajukan dalam laporan Aurelien Tache, seorang anggota legislatif dari partainya Macron, LREM, yang diperkirakannya berbiaya total 607 juta euro.
Prancis juga melipatgandakan kursus kewarganegaraan menjadi 24 jam kepada para pengungsi, yang ditujukan untuk memperkenalkan nilai-nilai bangsa Prancis serta cara hidup di negara itu, seperti bagaimana mendapatkan pekerjaan, pelayanan kesehatan dan perumahan.
Banyak para pendatang asing baru-baru ini menilai informasi yang dijejalkan dalam kursus selama 12 jam membuat mereka kewalahan. Namun, menurut Philippe pemahaman tentang nilai-nilai fundamental Prancis seperti kebebasan, persaudaraan dan kesetaraan bukanlah pilihan melainkan kewajiban.
Para migran yang memiliki anak akan diberikan fasilitas penitipan anak gratis selama mereka menjalani kursus. Sementara mereka yang memasuki usia 18 tahun akan diberi akses budaya senilai 500 euro yang dapat dipakai oleh anak-anak muda migran untuk mengunjungi museum dan mengikuti kegiatan budaya lainnya.
Yuk bantu dakwah media BCA 1280720000 a.n. Yayasan Baitul Maal Hidayatullah (BMH). Kunjungi https://dakwah.media/
Philippe mengatakan kebijakan-kebijakan itu, termasuk pemberian informasi lebih baik guna membantu migran mendapatkan pekerjaan, merupakan investasi dalam “kohesi sosial dan nasional” Prancis.
Negara Prancis menerima 100.000 aplikasi suaka tahun lalu saja dan menawarkan status pengungsi kepada sekitar 30.000 orang, sedangkan 14.900 migran dideportasi.*