Hidayatullah.com—Milisi Taliban mengatakan pihaknya tidak akan lagi menarget polisi dan militer Afghanistan karena tingginya jumlah korban yang diderita oleh pasukan keamanan dalam konflik di negara itu.
Kelompok bersenjata tersebut pada Jumat mendeklarasikan dalam pernyataannya “amnesti umum pada semua pasukan militer, tentara nasional, kepolisian nasional, Arbakis (kepolisian lokal) dan semua pekerja rezim untuk melindungi nyawa dan harta mereka.
Sembari menegaskan bahwa target utama serangan musim semi yang baru-baru ini luncurkan di negara itu adalah Amerika dan sekutu mereka, kelompok bersenjata tersebut mengatakan petugas keamanan seringkali mendapat kecaman karena mereka “melindungi penjajah asing dan rezim korup yang mereka telah pasang”.
“Pasukan keamanan ini, meskipun begitu, adalah warga negara kita sendiri yang bergabung dengan jajaran Amerika karena tersesat atau alasan lain,” pernyataan itu mengatakan.
“Jika Anda meninggalkan jajaran musuh … mujahidin akan berusaha dengan sekuat tenaga untuk mencoba meringankan kehidupan anda.”
Taliban, yang digulingkan dari kekuasaan koalisi pimpinan pasukan AS pada 2001, juga bersumpah akan mempersengit serangan mereka.
Pada Senin, petempur Taliban menyerang sebuah markas polisi di Provinsi Farah, membunuh setidaknya 20 anggota pasukan keamanan.
Pertempuran selanjutnya pada Selasa antara kelompok itu, yang dipersenjatai dengan senjata berat, dan pasukan keamanan Afghanistan menyebabkan setidaknya 25 anggota pasukan keamanan dan lima penduduk sipil terbunuh di Kota Afghan.
Pasukan keamanan Afghanistan telah berjuang memerangi Taliban sejak AS dan NATO secara resmi mengakhiri misi tempur mereka di negara itu pada 2014 dan memfokuskan pada bantuan dan peran kontra-terorisme.
Baca: Untung Ditangkap Taliban, Bukan Militer AS
Dakwah Media BCA - Green
Yuk bantu dakwah media BCA 1280720000 a.n. Yayasan Baitul Maal Hidayatullah (BMH). Kunjungi https://dakwah.media/
Menurut penelitian baru BBC, Taliban aktif di 70 persen distrik, mengontrol penuh empat persen negara itu dan menampilkan kehadiran fisik terbuka di 66 persen lainnya.
Tahun lalu, AS berjanji meningkatkan dukungannya pada pasukan keamanan Afghanistan, dengan mengumumkan rencana penempatan ribuan penasihat militer tambahan dan meningkatkan serangan udara untuk memaksa Taliban bergabung ke dalam meja perundingan.
Namun Taliban, yang berkuasa di negara Asia Selatan itu sejak 1996-2001, telah menetapkan penarikan pasukan asing dari negara itu sebagai syarat awal perundingan damai.*/Nashirul Haq AR