Sambungan berita PERTAMA
‘Turki akan tetap di Afrin selama ancaman masih ada’
Menhan Canikli juga menanggapi komentar Menlu Rusia Sergei Lavrov, menyarankan untuk mengembalikan Afrin ke kendali rezim, dengan mengatakan bahwa Turki di Afrin untuk menyingkirkan ancaman teror terhadap keamanan nasionalnya.
“Selama resiko dan ancaman terus ada, kami harus berada di Afrin. Kami harus melakukan ini untuk keamanan negara kami,” kata Canikli.
Menlu Çavuşoğlu mengatakan bahwa Turki berkoordinasi dengan Rusia selama fase pertama ‘Operation Olive Branch’ (Operasi Cabang Zaitun), yang tujuannya memberantas teroris.
“Fase kedua operasi itu ialah untuk memastikan keamanan penduduk yang kembali dan membawa stabilitas. Kami tidak tertarik dengan tanah Suriah,” tambah Çavuşoğlu.
Baca: Tentara Turki Menyerang 30-40 Konvoi Kendaraan PKK di Afrin
Menlu Turki itu juga menggarisbawahi bahwa dikarenakan hubungan ambigu antara rezim dan YPG, mengembalikan Afrin ke rezim Assad bukanlah pilihan.
“Suatu hari rezim memerangi YPG, besoknya mereka berjalan bersama. Ada banyak hal aneh yang terjadi di lapangan di Suriah. Kelompok-kelompok saling bertempur hari ini, besoknya mereka bisa saling menjual senjata,” kata Çavuşoğlu.
Turki melihat kehadiran YPG di Suriah utara sebagai ancaman teror pada keamanan nasionalnya, karena YPG secara organik terkait dengan PKK, sebuah kelompok yang telah didaftarkan sebagai organisasi teroris oleh AS, Uni Eropa dan Turki. Ankara juga bersumpah akan menyingkirkan YPG dari Manbij dan bagian timur dari Sungai Euphrates, yang saat ini berada di bawah kendali kelompok dukungan AS itu.
Turki, Menlu Prancis bertemu untuk bahas SDF
Baca: 5 Skenario yang Akan Dihadapi AS di Suriah
Dakwah Media BCA - Green
Yuk bantu dakwah media BCA 1280720000 a.n. Yayasan Baitul Maal Hidayatullah (BMH). Kunjungi https://dakwah.media/
Menlu Çavuşoğlu juga mengatakan bahwa dia akan menyelenggarakan pertemuan dengan Menlu Prancis Jean-Yves Le Drian atas tawaran Presiden Emmanuel Macron untuk memediasi perundingan dengan SDF.
Dia mengatakan keduanya semula akan bertemu lebih awal tetapi hal itu tidak terjadi karena jadwal sibuk mereka.
Pertemuan itu terjadi setelah krisis diplomatik pecha dikarenakan tawaran Prancis untuk memediasi Turki dan SDF.
Tawaran perundingan Presiden Macron dengan SDF dicap sebagai “tindakan yang tidak bisa diterima” oleh Turki dengan Menlunya mengatakan hal tersebut menunjukkan “standar ganda” Prancis terhadap kelompok teroris dan meminta Paris untuk mengambil sikap yang jelas terhadap semua bentuk teror.*/Nashirul Haq AR