Hidayatullah.com—Departemen Kehakiman Amerika Serikat membuka kembali penyelidikan baru atas organisasi nirlaba yang didirikan keluarga Clinton, Clinton Foundation.
Dilansir BBC Jumat (5/1/2018) dari media di AS, Kejaksaan Agung dan FBI akan menyelidiki klaim-klaim yang mengatakan Hillary Clinton terlibat apa yang disebut dengan politik uang yang disamarkan sebagai donasi untuk yayasannya.
Media di AS melaporkan bahwa menurut sejumlah sumber, selama berbulan-bulan FBI diam-diam melakukan penyelidikan atas Clinton Foundation.
Investigasi kabarnya dipimpin oleh agen-agen FBI dari wilayah Little Rock, Arkansas, di mana yayasan tersebut terdaftar.
The Hill, media pemerhati masalah-masalah politik berbasis di Washington DC, melaporkan bahwa bulan lalu FBI menanyai sedikitnya satu saksi terkait masalah itu.
Namun, sejumlah tokoh di Departemen Kehakiman dan FBI ragu kasus itu akan dibawa ke pengadilan, lapor Washington Post.
FBI mulai menyelidiki Clinton Foundation sejak tahun 2015, tetapi kemudian ditangguhkan karena ada pemilihan presiden satu tahun kemudian.
Berbagai laporan media AS menyebutkan Clinton Foundation diduga menerima sumbangan dari para donator dengan imbalan mereka mendapatkan keuntungan dari jabatan Hillary Clinton sebagai menteri luar negeri.
Banyak dari tuduhan yang mengemuka diungkap dalam buku berjudul “Clinton Cash” terbitan tahun 2015 yang ditulis oleh Peter Schweizer.
Didirikan tahun 1997 oleh mantan presiden AS Bill Clinton, Clinton Foundation berkembang menjadi organisasi nirlaba yang mampu mendulang sumbangan miliaran dolar.
Menurut website yayasan, proyek mereka berfokus pada masalah kesehatan wanita, perubahan iklim dan pembangunan ekonomi di seluruh dunia. Bill Clinton menjabat ketua yayasan, sementara putri tunggalnya, Chelsea, duduk di kursi wakil ketua.
Hillary Clinton bersumpah bahwa dirinya tidak akan memiliki peran formal di yayasan selama menjabat sebagai menteri luar negeri dari tahun 2009 sampai 2013.
Yuk bantu dakwah media BCA 1280720000 a.n. Yayasan Baitul Maal Hidayatullah (BMH). Kunjungi https://dakwah.media/
Bulan November 2016, Departemen Kehakiman AS meminta pihak kejaksaan untuk menyelidiki kemungkinan yayasan itu terkait dengan kesepakatan jual beli sebuah perusahaan uranium.
Menanggapi kabar tentang penyelidikan tersebut, seorang jubir Clinton, Nick Merrill, mengatakan bahwa tujuan dari investigasi itu adalah untuk mengalihkan publik dari masalah yang sedang dihadapi Donald Trump, yaitu tuduhan kongkalikong dengan Rusia untuk mempengaruhi jalannya pilpres November 2016, di mana Hillary Clinton dikalahkan oleh Trump.*