Hidayatullah.com–Angkatan Bersenjata Turki meluncurkan operasi udara pada teroris yang sedang bersiap untuk menyerang Iraq utara.
Menurut informasi yang disampaikan oleh Kepala Staf Umum, sekelompok ‘teroris’ yang diidentifikasi Turki selama kegiatan eksplorasi dan pengawasan di wilayah utara Zap, Iraq.
Kampanye udara siap menyerang zona zona di garis perbatasan, tulis TRT World.
Turki telah menutup wilayah udaranya untuk penerbangan dari dan ke utara Iraq sejak Senin, kata Wakil Perdana Menteri dan juru bicara pemerintah Turki.
Baca: Erdogan Ancam Beri Sanksi Ekonomi Menyeluruh pada Kurdi Iraq
Setelah mengikuti rapat kabinet di Ankara, Bekir Bozdag mengatakan kepada wartawan bahwa keputusan kabinet tersebut diambil atas saran dari Dewan Keamanan Nasional.
“Mulai sekarang, tidak ada pesawat yang boleh terbang ke bandar udara di wilayah Pemerintah Daerah Kurdis (KRG) dan tidak ada pesawat dari wilayah tersebut yang boleh melintas di wilayah udara Turki,” jelas Bozdag.
Bulan lalu, KRG menggelar referendum di wilayah utara Iraq. Hasilnya, 93 persen suara mendukung kemerdekaan wilayah KRG dari Baghdad. Referendum tersebut mendapat kecaman dari Baghdad, Turki, Iran, mau pun Amerika Serikat.
Bozdag juga mengatakan bahwa pemerintah mulai mempertimbangkan saran lain dari dewan, termasuk upaya untuk mengambil alih jalur perbatasan Ibrahim Khalil atau Habur yang menghubungkan antara Turki dengan wilayah Kurdi di utara Iraq.
Baca: Turki Tahan 160 Orang dalam Operasi Imigrasi
Dakwah Media BCA - Green
Yuk bantu dakwah media BCA 1280720000 a.n. Yayasan Baitul Maal Hidayatullah (BMH). Kunjungi https://dakwah.media/
Setelah rapat kabinet, pemerintah mengajukan mosi kepada Parlemen Turki untuk memperpanjang status masa darurat selama tiga bulan mendatang.
Berdasarkan mosi tersebut, perpanjangan baru akan mulai berlaku pada 19 Oktober pukul 1 pagi.
Turki mendeklarasikan masa darurat untuk pertama kalinya pada Juli 2016, setelah adanya percobaan kudeta yang mengakibatkan 250 tewas dan hampir 2.200 luka-luka.
Ankara menuding FETO sebagai dalang di balik kampanye jangka panjang untuk menggulingkan pemerintahan dengan infiltrasi ke institusi-institusi Turki, khususnya militer, kepolisian, dan kejaksaan.*