Sambungan artikel PERTAMA
Komandan Penjaga Perbatasan Bangladesh, Letnan Kolonel S.M. Ariful Islam, mengatakan bahwa ada anak-anak di antara tujuh mayat ditemukan.
Menurutnya, anak-anak terlibat adalah korban perahu pengungsi Rohingya yang karam pada Selasa malam, dekat desa Shah Porir Dwip di muara Sungai Naf yang memisahkan antara Bangladesh dengan Myanmar.
Dia mengatakan, mayat itu mungkin dari sebuah perahu.
Setiap hari ada kapal yang penuh dengan pelarian Rohingya yang tiba di Bangladesh, baik dari Teluk Benggala atau Sungai Naf.
Baca: Genosida Rohingya: Minyak, Demokrasi yang Gagal dan Nabi Palsu
Kepala wakil kepala distrik Cox’s Bazar, Humayun Rashid, mengatakan sebagian besar dari 99 orang mayat yang ditemukan tenggelam adalah anak-anak.
“Mayoritas anak-anak yang tenggelam, beberapa memiliki efek senapan,” katanya.
Selama dua minggu terakhir, setidaknya enam bot dipenuhi pelarian.
SM Ariful mengatakan bahwa perahu yang digunakan adalah perahu kecil yang tidak sesuai dengan ombak besar di teluk atau muara Sungai Naf.
Sedikitnya 370.000 Rohingya membanjiri Bangladesh sejak 25 Agustus, ketika militer Myanmar menanggapi sebuah serangan gerilyawan dengan membalas “operasi pembersihan etnis”. Banyak Para saksi Rohingya mengatakan tentara Myanmar menembak tanpa pandang bulu, membakar rumah mereka dan memperingatkan mereka untuk pergi atau mati. Yang lainnya mengatakan bahwa mereka diserang oleh massa Budha.
Sampel dari 128.000 pendatang baru yang dilakukan pada awal September di lima kamp yang berbeda, menemukan 60 persen adalah anak-anak, termasuk 12.000 di bawah usia satu tahun.
Ini menyajikan sebuah jarum dalam skenario tumpukan jerami untuk petugas perlindungan anak yang berusaha mencari anak di bawah umur yang tidak ditemani orang tua, di kamp-kamp pengungsian yang luas, di mana balita berkeliaran telanjang, anak-anak tidur di luar rumah dan bayi bermain sendirian dengan air kotor.
“Ini adalah masalah besar, anak-anak ini membutuhkan dukungan ekstra dan dibantu untuk dipertemukan kembali dengan anggota keluarga,” kata pakar kemanusiaan Save the Children George Graham dalam sebuah pernyataan sebagaimana dikutip AFP.
Yuk bantu dakwah media BCA 1280720000 a.n. Yayasan Baitul Maal Hidayatullah (BMH). Kunjungi https://dakwah.media/
Ada kekhawatiran bahwa anak-anak di kamp-kamp pengungsian, rentan dieksploitasi jika dibiarkan tanpa pengawasan, kata juru bicara UNICEF Christophe Boulierac.
Baca: Kesaksian Wartawan BBC Melihat Desa-desa yang Dibakar di Rakhine
Anak perempuan sangat berisiko ditipu dalam perkawinan usia anak atau diperdagangkan ke daerah lampu merah di kota-kota besar di mana mereka dipaksa melakukan pelacuran dan diperlakukan sewenang-wenang, tambahnya.
“Semakin cepat kita bertindak, semakin besar kesempatan kita untuk menemukan keluarga mereka,” katanya kepada AFP.
“Yang paling penting adalah melindungi mereka karena anak-anak yang tidak didampingi, anak-anak yang terpisah, sangat rentan dan dalam bahaya,” ujarnya.*