Hidayatullah.com–Syeikh Muhammad Bin Abubakar Bin Abdullah Baeshen, imam masjid yang meninggal dalam insiden kecelakaan di Jeddah pada Ahad, merupakan seorang ulama terkemuka, guru dan pebisnis.
Syeikh Baeshen merupakan imam Masjid Al-Khair di distrik Kandara selama lima dekade terakhir. Seorang pengemudi motor yang ngebut menabraknya ketika dia sedang menyebrang jalan dalam perjalanannya menuju masjid untuk menunaikan sholat Subuh, tulis saudigazette.
Ribuan orang ikut serta dalam sholat jenazah Syeikh Baeshen. Dia dikuburkan di pemakaman Ummu Hawa di distrik Ammariyah, berlokasi hanya tiga kilometer dari rumahnya.
Syeikh Baeshen berasal dari keluarga yang menghasilkan banyak ulama. Kakeknya Said Bin Muhammad Baeshen merupakan seorang ulama besar.
Dia memiliki garis keturunan Suku Quraisy Makkah pra-Islam dan berhubungan dengan Khalifah pertama Abu Bakar al-Siddiq, semoga Allah merahmatinya.
Keluarganya telah mendirikan sekolah Rubat Baeshen di Wadi Duan di provinsi Hadramaut Yaman.
“Institusi itu didirikan 600 tahun lalu dan banyak ulama Islam serta hakim dihasilkan dari tempat itu,” kata Abood Bin Abubakar Baeshen, seorang penasihat hukum dan saudara laki-laki dari Syeikh Muhammad.
Syeikh Muhammad Baeshen dilahirkan di Wadi Duan pada 1337 Hijriah (1919). Dia datang ke Jeddah pad aumur 10. Dia belajar di sekolah yang terkenal di kota itu Al-Falah.
Syeikh Hussain Abdul Qader Matar, merupakan direktur sekolah pada saat itu dan Syeikh Omar Bakr Hefni dan Syeikh Abdul Wahab Nashar merupakan gurunya.
Muhammad Baeshen lulus dari sekolah itu pada tahun 1357 Hijriah. Tiga tahun kemudian, dia kembali ke Hadramaut untuk mengunjungi saudaranya. Dia juga bertemu dengan sejumlah ulama di Yaman, termasuk Abdullah Bin Omar Al-Shatiri di Tarim. Namun, dia tidak tinggal di Tarim untuk waktu yang lama dan kembali ke Wadi Duan pada 1367 Hijriah.
“Syeikh Muhammad biasanya bangun lebih awal pada pagi hari untuk sholat dan terbiasa sholat Tahajjud. Bacaan Qurannya cukup mengesankan,” kata Abood Baeshen. “Dia menggunakan kesempatan yang dia bisa untuk mengajari orang-orang Quran, Sunnah dan hukum Islam,” dia menambahkan.
Hussain Baashen, anak laki-laki dari imam Muhammad, mengatakan ayahnya biasanya berhaji setiap tahun, bahkan pada tahun-tahun terakhir. “Ayahku merupakan pria yang rendah hati dan dia sangat baik pada orang miskin dan yang membutuhkan. Dia hidup dalam kesederhanaan meskipun keluarganya sangat kaya, ” Hussain menambahkan, ayahnya selalu berjalan sendiri ke masjid untuk menjadi imam meskipun umurnya sudah sangat tua.
Yuk bantu dakwah media BCA 1280720000 a.n. Yayasan Baitul Maal Hidayatullah (BMH). Kunjungi https://dakwah.media/
Novelis Maha Bint Abood Baashen, keponakan almarhum, mengatakan: “Sangatlah sulit menjelaskan kualitas dari orang besar. Dia tidak pernah mencari ketenaran. Namun, pemakamannya merupakan sebuah testimoni jelas mengenai kepopuleran dan dukungan.”
Syeikh Muhammad dapat berbahasa Inggris dan Prancis dengan fasih dan membaca buku-buku para ulama besar pada masanya, kata Maha. “Dia baik dan menyukai dialog bahasa. Dia mendirikan sebuah perusahaan perdagangan yang menjual teh dengan saudara-saudaranya dan bekerja beberapa tahun sebagai manajer dan akuntan perusahaannya. Syeikh Muhammad hidup di rumahnya yang berlokasi di Jeddah. Dia mempunya anak laki-laki dan empat anak perempuan.*/Nashirul Haq AR