Hidayatullah.com—Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengatakan dia sedikitnya memiliki lima ide untuk diberikan kepada Donald Trump, yang “dukungannya kepada Israel sudah jelas,” guna membantu presiden terpilih Amerikia Serikat itu dalam negosiasi nuklir dengan Iran.
Netanyahu mengatakan bahwa presiden terpilih AS itu akan menjadi teman baik Israel, meskipun semua tudingan fanatik dan anti-Semitisme meliputi Donald Trump dan timnya.
“Saya kenal Donald Trump,” kata Netanyahu dalam acara 60 Minutes di CBS seperti dilansir RT Senin (12/12/2016). “Menurut saya sikapnya, dukungannya untuk Israel adalah jelas. Dia punya perasaan sangat hangat soal negara Yahudi, orang-orang Yahudi. Tidak diragukan lagi soal itu.”
Perbedaan pendapat terbesar antara Netanyahu dengan Presiden AS Barack Obama adalah soal Iran dan program nuklirnya. Menurut Netanyahu persoalannya dengan Obama bukan bersifat pribadi.
Obama berpendapat kesepakatan nuklir dengan Iran merupakan alat untuk menghentikan program pengembangan senjata nuklir Iran. Namun, Trump menyebut kesepakatan itu “bencana” dan merupakan “kesepakatan terburuk yang pernah dirundingkan.” Trump bahkan mengatakan bahwa “prioritas pertama” di awal dirinya berkantor di Gedung Putih adalah melucuti kesepakatan nuklir dengan Iran.
Pendekatan Trump soal program nuklir Iran akan memperkuat hubungan AS-Israel dan menjadikan mereka sangat akrab, kata Netanyahu.
Kesepakatan nuklir dengan Iran harus dibatalkan sebab, menurut Netanyahu, hal itu membuka kesempatan Iran untuk mengembangkan senjata nuklir. “Menurut saya sebelum ada kesepakatan itu Iran tidak tergesa-gesa membuat bom, karena mereka takut akan ada serangan balik,” kata Netanyahu.
PM Israel itu mengaku memiliki “lima hal di pikirannya” yang bisa membatalkan kesepakatan nuklir dengan Iran tersebut. Namun dia menolak untuk memaparkannya kepada CBS, walaupun hanya satu di antaranya. Dia berdalih “ingin berbicara lebih dulu dengan presiden sebelum berbicara ke 60 Minutes.”
Bulan Desember Senat AS secara bulat mendukung pembaruan Iran Sanctions ACT (ISA) untuk masa satu dekade mendatang. Hal itu dipandang sebagai langkah simbolik, tetapi keputusan tersebut memperbolehkan presiden untuk menjatuhkan sanksi baru atas Iran jika dipandang negara itu melanggar perjanjian nuklir 2015 yang telah ditekennya.
Yuk bantu dakwah media BCA 1280720000 a.n. Yayasan Baitul Maal Hidayatullah (BMH). Kunjungi https://dakwah.media/
Kesepakatan yang dibuat tahun lalu antara Teheran dengan enam kekuatan dunia secara ketat membatasai kemampuan nuklir negeri Syiah itu hanya untuk keperluan selain pembuatan senjata, dengan imbal balik sanksi-sanksi internasional atas Iran dicabut.
Iran setuju mengurangi sentrifuse nuklirnya sebanyak dua pertiga, membatasi pengayaan uraniumnya hanya sampai batas di bawah yang diperlukan untuk membuat senjata nuklir, mengurangi cadangan uranium yang sudah diperkaya dari sekitar 10.000 kg menjadi 300 kg selama 15 tahun, serta memperbolehkan inspeksi internasional atas fasilitas nuklirnya.*