Hidayatullah.com—Clive Derby-Lewis, politisi tokoh apartheid Afrika Selatan yang dipenjara dalam kasus pembunuhan pemimpin Partai Komunis Chris Hani, meninggal dunia di usia 80 tahun, lapor BBC Kamis (3/11/2016).
Hani, yang memimpin sayap militer dari Partai Kongres Nasional Afrika (ANC) pimpinan tokoh anti-apartheid Nelson Mandela, dan merupakan salah satu tokoh politik terpopuler kulit hitam.
Derby-Lewis semasa hidupnya menentang diakhirinya kekuasaan pemerintahan orang-orang kulit putih dan berusaha mengobarkan perang rasis di hari-hari terakhir era apartheid.
Orang yang menembak mati Hani adalah orang lain bernama Janusz Walus, tetapi senjata apinya disediakan oleh Derby-Lewis.
Awalnya politisi rasis itu divonis mati, bersama Walus, tetapi hukumannya diubah setelah Afrika Selatan menghapuskan eksekusi mati tahun 1995.
Pembunuhan atas Hani itu ditujukan agar timbul kerusuhan yang kemudian memanas menjadi ketegangan rasial dan perang sehingga menggagalkan upaya rekonsiliasi.
Namun, percobaan makar itu gagal sebab Mandela justru menyeru agar rakyat Afrika Selatan yang mayoritas berkulit hitam tenang, sementara tekanan terhadap FW de Klerk –presiden kala itu yang berkulit putih– justru menguat dan dia terpaksa menetapkan tanggal pemilihan umum, sehingga muncullah sejarah baru untuk pertama kalinya orang kulit putih terdepak dari kekuasaan dan Mandela menjadi presiden kulit hitam pertama di Afrika Selatan.
Yuk bantu dakwah media BCA 1280720000 a.n. Yayasan Baitul Maal Hidayatullah (BMH). Kunjungi https://dakwah.media/
Derby-Lewis merupakan salah satu anggota pendiri Partai Konservatif di tahun 1982.
Dia diberi pembebasan bersyarat pada Juni 2015 setelah 22 tahun mendekam dalam penjara, antara lain karena kanker paru-paru stadium akhir yang dideritanya, meskipun keluarga Hani menentang keputusan itu.
Dia meninggalkan seorang istri bernama Gaye, yang juga politisi Partai Konservatif.*