Hidayatullah.com—Mantan perdana menteri Ahmet Davutoglu menegaskan bahwa dialah orang yang memerintahkan penembakan atas sebuah pesawat Rusia pada bulan November 2015, seraya menambahkan bahwa perintah itu tidak dimaksudkan untuk menarget pesawat tertentu melainkan instruksi umum demi menjaga pertahanan udara Turki.
“Dalam kebiasaan negara kita, perdana menteri memberikan aturan keterlibatan dalam sebuah arahan tertulis kepada Panglima Angkatan Bersenjata. Saya memberikan perintah itu tanggal 10 Oktober,” kata Davutoglu, yang memilih mundur dari kursi perdana menteri pada Mei lalu dan tidak bersedia lagi diberi jabatan apapun dalam pemerintahan Erdogan dan partai AKP, dalam sebuah wawancara dengan lembaga penyiaran swasta NTV seperti dilansir Hurriyet Rabu (27/7/2016).
“Aturan keterlibatan itu akan diimplementasikan tidak hanya terhadap pesawat-pesawat Suriah, tetapi semua yang melanggar wilayah udara Turki,” demikian bunyi surat perintah 10 Oktober 2015 itu, kata Davutoglu seraya menegaskan bahwa perubahan perintah itu dikeluarkan menyusul pelanggaran berulang oleh jet-jet tempur Rusia saat mereka melakukan operasi di Suriah.
Dalam sebuah perintah sebelumnya yang diberikan ke militer pada tahun 2012 disebutkan “semua pesawat Suriah yang menuju Turki dari Suriah harus dianggap sebagai ancaman dan harus ditembak jatuh.” Perintah ini dikeluarkan setelah pesawat pengintai F-4 Phantom milik Turki jatuh dan menewaskan dua pilotnya.
Menyusul percobaan kudeta yang gagal pada 15 Juli lalu, merebak kabar bahwa pesawat jet Rusia yang ditembak jatuh oleh Turki pada 24 November 2015, yang menyebabkan hubungan Moskow-Ankara memburuk, dilakukan oleh pilot yang berafiliasi dengan Fetullah Gulen.
Seperti diketahui Gulen dituding pemerintah Erdogan sebagai dalang percobaan kudeta itu.
Memberikan komentar menyusul kudeta gagal itu, Menteri Sumber Daya Alam dan Energi Turki Berat Albayrak mengatakan bahwa kasus Uludere dan penembakan pesawat tempur Rusia kemungkinan akan diinvestigasi ulang.
“Saya kira insiden Uludere dan jet Rusia akan diinvestigasi ulang,” kata Albayrak kepada lembaga penyiaran Turki Haberturk seperti dikutip Hurriyet (26/7/2016).
Kedua pilot yang menembak jatuh jet tempur Rusia itu telah ditahan dengan tuduhan terkait FETO (Fethullahist Terrorist Organization), yang diyakini oleh pemerintah AKP saat ini sebagai otak dibalik percobaan kudeta 15 Juli.
Yuk bantu dakwah media BCA 1280720000 a.n. Yayasan Baitul Maal Hidayatullah (BMH). Kunjungi https://dakwah.media/
Dalam peristiwa Uludere, 34 warga sipil tewas pada 28 Desember 2011 karena ditembaki oleh pesawat-pesawat F-16 dan drone dari udara. Mereka disangka militan Partai Pekerja Kurdi, kelompok yang dinyatakan terlarang dan dicap teroris oleh pemerintah Turki.
Mengatakan bahwa apa yang terjadi pada 15 Juli telah menimbulkan “pertanyaan baru” terkait kasus Uludere dan penembakan jet Rusia, Albayrak –yang merupakan menantu dari Presiden Erdogan dan diangkat pertama kalinya menjadi menteri oleh Davutoglu pada 24 November 2015– mengatakan bahwa pihak kejaksaan akan meninjau kembali tindakan yang diambil oleh angkatan udara dalam kedua kasus tersebut.
Akin Ozturk, kepala staf AU Turki saat insiden Uludere terjadi, telah ditangkap dengan tuduhan ikut ambil bagian dalam percobaan kudeta 15 Juli.*