Hidayatullah.com—Aljazeera memperoleh rekaman video eksklusif berisi pernyataan mantan pemimpin Front Al-Nusra yang menegaskan bahwa kelompok bersenjata di Suriah itu melepaskan diri dari Al-Qaeda.
Abu Muhammad Al-Jolani muncul di depan kamera untuk pertama kalinya guna mengumumkan perubahan nama kelompoknya menjadi Jabhat Fath Al-Syam, atau Front Pembebasan Al-Syam (Al-Syam atau Al-Sham, sebutan lain untuk Suriah yang di zaman dulu dikenal sebagai negeri Syam).
“Kami mendeklarasikan pembatalan menyeluruh semua operasi di bawah nama Jabhat Al-Nusra, dan pembentukan sebuah kelompok baru yang beroperasi dengan nama ‘Jabhat Fath Al-Sham’ dengan catatan bahwa organisasi baru ini sama sekali tidak memiliki afiliasi dengan entitas eksternal manapun,” kata Jolani seperti dilansir Aljazeera.
Video yang dirilis hari Kamis (28/7/2016) itu menyusul kabar sebelumnya yang menyebutkan bahwa pemimpin Al-Qaeda telah menyetujui pemisahan tersebut, sehingga Al-Nusra dapat berkonsentrasi dalam pertempuran melawan pemerintah Suriah dan kelompok oposisi lainnya.
Nama Al-Nusra pertama kali muncul di internet pada tahun 2012, ketika kelompok itu mengklaim bertanggung jawab atas bom bunuh diri di Aleppo dan Damaskus. Kelompok itu memiliki anggota pasukan yang sangat terlatih untuk bertempur dan dilengkapi persenjataan yang cukup memadai.
Kelompok Al-Nusra dijatuhi sanksi oleh Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa dan dimasukkan ke dalam daftar teroris oleh Amerika Serikat dan Rusia pada tahun 2014.
Bulan Februari lalu, AS dan Rusia mengecualikan kelompok itu dan ISIS dari kesepakatan gencatan senjata yang ditujukan guna mengakhiri perang di Suriah.
Beragam reaksi
Menanggapi pengumuman Jolani tersebut, Farah Al-Atassi seorang juru bicara untuk High Negotiations Committee, blok negosiasi utama kelompok oposisi Suriah, mengatakan masih sangat terlalu dini untuk memperkirakan apa saja konsekuensi pemisahan kelompok itu dari Al-Qaeda.
Namun jubir wanita itu berharap hal tersebut akan mengurangi alasan negara lain seperti Rusia membombardir Suriah.
“Ini mungkin akan berpengaruh positif pada Free Syrian Army (FSA) yang telah memerangi ISIL dan Al-Nusra selama enam bulan terakhir, karena Rusia membom dan menghantam posisi-posisi FSA serta perkampungan warga sipil dengan alasan mereka menghajar Al-Nusra,” kata Al-Atassi.
Wartawan Aljazeera Mohamed Jamjoon yang melaporkan dari Gaziantep, Turki, di daerah perbatasan dengan Suriah, mengatakan bahwa reaksi dari kalangan kelompok oposisi Suriah atas pengumuman Jolani itu beragam.
“Semua aktivis oposisi yang berbicara dengan kami di dalam wilayah Suriah mengatakan bahwa mereka tidak terkejut dengan pengumuman itu; sudah marak spekulasi beberapa hari belakangan bahwa hal ini akan terjadi,” lapor Jamjoon.
Yuk bantu dakwah media BCA 1280720000 a.n. Yayasan Baitul Maal Hidayatullah (BMH). Kunjungi https://dakwah.media/
“Beberapa dari mereka mengatakan kepada kami bahwa dengan pisahnya Al-Nusra secara formal dari Al-Qaeda dan mengganti namanya, serta bicara soal penyatuan perjuangan di Suriah, itu artinya AS dan lainnya tidak lagi akan menganggap Al-Nusra sebagai organisasi teroris; semakin banyak dukungan internasional di belakang kelompok-kelompok pemberontak (oposisi, red).”
Namun, Jamjoon juga mengatakan sebagian aktivis oposisi juga tidak percaya motif Al-Nusra tersebut. Menurut mereka mungkin saja itu hanya sekedar sandiwara publik agar kelompok itu mendapatkan dukungan internasional.
Menyusul pengumuman itu Gedung Putih mengatakan penilaian mereka tidak berubah terhadap Al-Nusra, meskipun ada pengumuman kelompok itu memutus hubungan dengan Al-Qaeda.
Gedung Putih menganggap Al-Nusra sebagai ancaman bagi keamanan Amerika Serikat dan kepentingan-kepentingannya, lapor wartawan Aljazeera Rosiland Jordan dari Washington, DC.*