Hidayatullah.com–Sebuah tim peneliti internasional dan pengacara telah menerbitkan laporan singkat dari simpanan besar dokumen intelijen Suriah yang merinci kejahatan perang yang dilakukan oleh Presiden Bashar al-Assad sejak 2012, demikian lapor the New Yorker edisi Kamis (14/04/2016).
Sebanyak 600.000 dokumen, yang dikenal sebagai “Assad Files“, menunjukkan bahwa Assad menyetujui penggunaan penyiksaan dan berbagai cara kekerasan untuk menindak para pemrotes pada awal revolusi Suriah.
File-file tersebut yang diberikan kepada Komisi Keadilan Internasional dan Akuntabilitas (CIJA) oleh seorang pembelot, menunjukkan bahwa Assad mendirikan sebuah “Sel Pusat Manajemen Krisis” yang memberikan kepala keamanan pemerintah kekuasaan tinggi untuk memadamkan kerusuhan di seluruh negeri.
Sel tersebut bertemu setiap hari di Damaskus dan dipimpin oleh Mohammad Said Bekheitan, salah satu anggota paling senior dari partai Ba’ath yang berkuasa.
The New Yorker melaporkan bahwa “kerja komisi baru-baru ini memuncak dalam sebuah laporan hukum singkat sebanyak 400 halaman yang menghubungkan penyiksaan sistematis dan pembunuhan puluhan ribu warga Suriah untuk kebijakan tertulis yang disetujui oleh Presiden Bashar al-Assad, terkoordinasi di antara badan-badan intelijen keamanan miliknya , dan dilaksanakan oleh pekerja rezim, yang melaporkan keberhasilan kampanye mereka untuk atasan mereka di Damaskus “.
Pembocor dokumen tersebut, Abdelmajid Barakat, adalah penjaga dari catatan komite tersebut, namun diam-diam bekerja untuk oposisi. Dia melarikan diri ke Turki pada tahun 2013.
Majalah ini menambahkan bahwa Assad mengulas proposal-proposal [sel], menandatangani semuanya, dan mengembalikannya kepada mereka untuk pelaksanaan … terkadang ia membuat revisi, mencoret arahan dan menambahkan yang baru.”
Barakat mengatakan ia “yakin bahwa tidak ada keputusan keamanan, tidak peduli seberapa kecil itu, dibuat tanpa persetujuan Assad.”
CIJA yang didanai oleh konsorsium pemerintah Eropa Barat, sudah mulai mengumpulkan bukti untuk memberikan tuduhan kejahatan perang terhadap Assad dan pemerintahannya.
Tanggal-tanggal dokumen bertepatan dengan kematian, penyiksaan dan pemenjaraan ribuan lawan Assad.
Stephen Rapp, mantan kepala jaksa PBB yang memimpin kasus tuduhan terhadap para individu yang terlibat dalam genosida Rwanda, mengatakan kepada the New Yorker bahwa dokumen yang bocor lebih kuat daripada bukti kejahatan perang manapun sejak pengadilan Nuremburg.
Yuk bantu dakwah media BCA 1280720000 a.n. Yayasan Baitul Maal Hidayatullah (BMH). Kunjungi https://dakwah.media/
“Ketika hari keadilan tiba, kita akan memiliki bukti yang jauh lebih baik daripada yang kita punya di mana pun sejak Nuremberg,” katanya dikutip laman middleeasteye.net, Kamis (14/04/2016).
Rapp menambahkan bahwa file Assad yang “jauh lebih kaya dari yang pernah saya lihat – dan apa saja yang pernah saya tuntut-di daerah ini.”
Namun, sepertinya tidak mungkin bahwa Assad akan diadili dalam waktu dekat. Pada tahun 2014, Rusia memveto sebuah resolusi yang meminta agar Presiden Suriah diadili di depan Mahkamah Pidana Internasional.
Perang di Suriah telah menewaskan lebih dari 270.000 orang dan mengakibatkan setengah penduduk negara itu mengungsi.*/Karina Chaffinch