Hidayatullah.com—Alparslan Celik, pria Turki yang dikabarkan membunuh pilot Rusia Oleg Peshkov yang jet tempurnya ditembak jatuh AU Turki, dilaporkan membantah dirinya membunuh pilot Rusia itu.
Dilansir Hurriyet dari kantor berita Dogan Selasa (5/4/2016), Celik –yang ditangkap bersama sejumlah orang lain karena pelanggaran UU kepemilikan senjata api– menyerahkan kepada pihak kejaksaan bukti rekaman video yang diunggah ke YouTube di mana dia mengatakan pilot Rusia itu jangan dibunuh.
Dia mengklaim dirinya justru melarang orang di sekelilingnya menembak pilot Rusia yang terjun dengan parasut itu. Kepada jaksa Celik mengatakan bahwa pilot Rusia tersebut kemungkinan dibunuh oleh kelompok lain yang ikut berperang bersama orang-orang Turkmen di Suriah dan dirinya “sama sekali” tidak menembak pilot itu.
Celik tidak menjawab pertanyaan lain soal insiden tersebut saat berada di kantor polisi, dan mengatakan bahwa setelah kejadian itu dia membuat pernyataan tentang pembuhan pilot itu dalam kapasitasnya sebagai seorang komandan. Sebagaimana diketahui Celik ikut bertempur bersama kelompok bersenjata di daerah perbatasan Turki-Suriah.
Oleh karena tidak ada cukup bukti, dia tidak ditahan berkaitan dengan kasus pembunuhan pilot Rusia itu. Namun, dia tetap ditahan karena membawa senjata dan menggunakannya dalam pertempuran.
Celik ditangkap bersama 14 orang lainnya di Provinsi Izmir pada 30 Maret, setelah orang tidak dikenal menelepon polisi dan mengatakan bahwa ada sejumlah pria yang membawa senjata sedang makan di sebuah restoran.
Menindaklanjuti laporan itu, polisi kemudian menyita sebuah Kalasnikov, sebuah senjata serbu, dua walkie-talkie, enam pistol dan sekitar 150 peluru dari para pria tersebut. Celik dan kawan-kawannya itu kemudian dibawa ke kantor kepolisian untuk memberikan kesaksian.
Sementara itu, dari penelusuan polisi lebih jauh kepada para tersangka dan mobil-mobil mereka yang datang dari Suriah, polisi menemukan sebuah Kalasnikov lain serta dua senjata otomatis Thomson.
Beda pemberitaan
Terdapat perbedaan penulisan laporan seputar Alparslan Celik dan penembakan pilot Rusia Oleg Peshkov oleh media Turki.
Kantor berita resmi pemerintah Turki, Anadolu, yang menjadi bahan laporan Hidayatullah.com dalam berita sebelumnya tentang penangkapan Celik, menulis bahwa pria Turki itu mengklaim dirinya membunuh pilot Rusia tersebut.
Dalam laporannya tanggal 31 Maret 2016, dalam situsnya Anadolu menulis di paragraf awal, “Alparslan Celik, who claimed that he had killed the pilot of the Russian fighter jet downed by Turkey for violating Turkish airspace in November 2015, was taken into custody Thursday in Turkey’s western province of Izmir.”
Dan di paragraf lain, “Celik’s claims that he had killed the jet’s pilot who parachuted out of the plane, had been reported in the press.”
Berita yang sama ditulis secara berbeda oleh Hurriyet Daily News (Hurriyet). Media Turki yang banyak memiliki pembaca itu secara konsisten menyebut bahwa Alparslan Celik adalah orang yang dituduh Rusia sebagai pembunuh pilotnya. Hurriyet menulis tentang Celik di sejumlah laporannya dengan, “Alparslan Çelik, who Russia has alleged killed Oleg Peshkov, …”
Selain itu, dalam laporan penangkapan Celik kantor berita pemerintah Anadolu menulis 14 orang, atau Celik bersama 13 orang lainnya. Sedangkan Hurriyet menulis Celik dan 14 orang lainnya.
Tentang Alparslan Celik
Hurriyet pada 28 Januari 2016 memuat laporan yang diambil dari kantor berita Turki Dogan Haber Ajansi (DHA). Dalam wawancaranya dengan Dogan, Alparslan Celik mengaku tidak takut menjadi target intelijen Rusia karena dituduh membunuh Oleg Peshkov.
Celik mengatakan dia “hanya yakin kepada Allah.”
“Ketika saya berangkat ke Gunung Turkmen sekitar dua setengah tahun lalu, saya pergi dengan keyakinan kepada Allah. Dia yang memberikan kita nyawa dan Dia pula yang akan mencabutnya. Kami di sini bertempur dengan keyakinan ini. Setiap ajal manusia sudah ditentukan dan demikian pula saya … Jadi, saya sama sekali tidak ada ketakutan semacam itu. Kami akan meneruskan perjuangan kami sampai prajurit terakhir, napas kami terakhir dan tetesan darah kami yang terakhir,” kata Celik.
Pria berjenggot itu juga bercerita tentang hari ketika F-16 Turki menembak jatuh pesawat tempur Rusia SU-24 di dekat perbatasan Suriah, tanggal 24 November 2015. Ankara mengatakan bahwa pesawat Rusia tersebut telah diberi peringatan agar tidak melanggar wilayah udaranya. Insiden itu membuat hubungan Turki-Rusia yang erat menjadi renggang.
“Itu adalah hari ketika [gunung] Kizildag baru saja jatuh [ke tangan pasukan rezim Suriah dengan dukungan Rusia]. Hari itu hari Jumat dan kami memulainya dengan shalat di pagi hari. Kami melakukan operasi untuk merebut kembali Kizildag. Dan ketika kami sedang berada di tengah operasi itu, pesawat-pesawat tempur Rusia datang dan membom jalur operasi kami. Pesawat perang Rusia itu ditembak jatuh oleh F-16 Turki, pilot-pilot pemberani kita, saat kembali dari bagian wilayah Turki,” kata Celik.
Perlu dicermati bahwa tanggal 24 November 2015 adalah hari Selasa, bukan hari Jumat.
Sambil mensyukuri kejatuhan pesawat Rusia itu, Celik juga mengeluhkan kurangnya dukungan pemerintah Turki atas perjuangan orang-orang Turkmen di daerah tersebut.
“Kami tidak memiliki kekuatan senjata untuk melawan senjata canggih mereka. Memang, Turki memberikan senjata yang berguna untuk perjuangan, tetapi kami tidak memiliki sistem pertahanan udara dan infrastruktur canggih. Kami hanya punya infrastruktur yang kami bangun dengan peralatan kami sendiri. Yang kami ingin dari Republik Turki adalah memberikan senjata pertahanan udara dan membuat infrastruktur yang lebh canggih untuk kami,” kata Celik.
Yuk bantu dakwah media BCA 1280720000 a.n. Yayasan Baitul Maal Hidayatullah (BMH). Kunjungi https://dakwah.media/
Berbicara mengenai situasi terakhir kawasan ketika itu, Celik mengatakan, Rusia telah “mengambil hampir semua desa-desa di daerah Bayirbucak,” tetapi Turki “tetap diam” atas pemboman-pemboman yang dilakukan Rusia.
Menurut Celik, sekitar 15.000 orang masih tinggal di desa-desa dekat perbatasan Turki-Suriah saat itu.
Selain berjuang melawan musuh-musuhnya dari Suriah, Celik mengatakan bahwa orang-orang Turkmen di perbatasan tersebut “tidak akan pernah” membiarkan orang-orang Kurdi Suriah membuat koridor di wilayah utara Suriah.
“Eropa dan Amerika Serikat mendukung pembuatan koridor Kurdi, tetapi kami akan mengatakan hingga napas kami yang terakhir bahwa Gunung Turkmen adalah Gallipoli dari Mediterania. Kami tidak akan pernah membiarkan koridor Kurdi yang direncanakan oleh PYD dan PKK terwujud selama kami masih ada di sini,” kata Celik.
Sebagaimana diketahui, konflik Suriah yang awalnya pertempuran antara pasukan rezim pimpinan Bashar Al-Assad dengan kelompok oposisinya, seiring dengan waktu berkembang menjadi perang sipil dan perang sektarian dan suku.
PYD adalah kelompok suku Kurdi di Suriah yang bersenjata dan PKK adalah kelompok suku Kurdi di Turki yang bersenjata. PKK yang berbasis di Turki bagian selatan dekat perbatasan Suriah bagian utara menginginkan otonomi yang lebih luas dan lepas dari pemerintah Ankara. Saudara-saudara mereka di Suriah, sebagian mendukung keinginan PKK tersebut. PYD dan PKK dianggap sebagai kelompok teroris oleh pemerintah Turki.
Rusia, selain membantu pasukan rezim juga membantu kelompok-kelompok bersenjata pro-Assad lainnya.
Walaupun Amerika Serikat dan Eropa berada dalam satu kubu dengan Turki perihal ISIS dan rezim Assad, tetapi pada saat yang sama mereka berbeda sikap soal suku Kurdi.*