Hidayatullah.com–Kedatangan dari pengungsi dan migran ke Yunani dari Turki meningkat tajam pada Rabu, hanya seminggu sejak Uni Eropa dan Turki mencapai kesepakatan yang diharapkan memutus gelombang pengungsi, Reuters melaporkan.
Pemerintah Yunani mencatat 766 kedatangan baru antara Selasa pagi dan Rabu pagi, meningkat 192 dari hari sebelumnya. Kedatangan paling banyak terjadi di timurlaut kepulauan Aegean Lesbos.
Komisi UE mengatakan pada Selasa bahwa gelombang pengungsi pada minggu lalu telah berkurang, dengan hanya 1.000 orang yang tiba dari Turki ke kepulauan Yunani, membandingkan pada rata-rata dua bulan lalu yang mencapai 2.000 kedatangan dalam sehari.
Belumlah jelas mengapa jumlah tersebut turun, tetapi Laut Aegean telah diterpa cuaca buruk dan angin badai, membuat perjalanan dari Turki dengan perahu kecil bahkan lebih berbahaya. Demikian dikutip Reuters Rabu (30/03/2016).
Dibawah kesepakatan yang dimulai pada 20 Maret, migran dan pengungsi yang tiba di Yunani akan dikirim kembali setelah mereka didaftarkan dan pengajuan suaka individu diproses. Pengembalian pengungsi itu akan dimulai 4 April.
Lebih dari 51.000 pencari suaka – diantara mereka penduduk Suriah, Afghan, Iraq dan mereka yang melarikan diri dari konflik di Timur Tengah dan Asia – saat ini terdampar di Yunani semenjak penutupan perbatasan di sepanjang Balkan.
Hampir 6.000 orang masih terjebak di pelabuhan Piraeus, pelabuhan terbesar di negara itu, yang telah tiba di sana dengan kapal feri dari pulau-pulau Yunani yang dekat dengan Turki sebelum terjadinya kesepakatan.
Sejumlah pengungsi telah menemukan tempat berlindung di ruang publik sementara ratusan lainnya tidur di tempat terbuka, baik di tenda-tinda kecil atau selimut yang tersebar di dermaga.
Antrian di beberapa toilet portabel sangatlah panjang, dan bentrokan telah pecah di minggu-minggu ini di tempat pengisian baterai handphone dan tempat distribusi makanan.
Kelompok hak asasi internasiona Human Rights Watch menggambarkan kondisi di pelabuhan, termasuk kebersihan dasar, dengan “bukan main” dan mengatakan situasinya mirip dengan “krisis kemanusiaan.”
Diantara mereka yang terdampar di Piraeus pada Rabu adalah Mariam El Musa, seorang guru berumur 37 tahun dari Aleppo, Suriah. “Permasalahan di sini adalah psikologi dari orang-orang,” kata dia.
Yuk bantu dakwah media BCA 1280720000 a.n. Yayasan Baitul Maal Hidayatullah (BMH). Kunjungi https://dakwah.media/
“Orang-orang marah dan depresi karena perbatasan ditutup, karena memerlukan waktu yang lama untuk mendapatkan makanan dan karena kami kotor, kami tidak mendapatkan shower. Kami penduduk Suriah berpikir kami akan tinggal di Yunani hanya untuk dua hingga tiga hari.”
Seorang Suriah lainnya yang berharap dapat mencapai Belanda, Haisam Mahli berumur 24 tahun, telah menghabiskan tiga minggu di pelabuhan, setelah tiba di pulau Chios dari Turki sebulan yang lalu.
Dia berencana untuk ikut serta dalam demonstrasi di pusat Athena nantinya pada Rabu memprotes kesepakatan UE-Turki.
“Kami akan memprotes parlemen untuk menolong kami membuka perbatasan dan memperbaiki kondisi disini,” kata dia.*/Nashirul Haq AR