Hidayatullah.com—Salah Abdeslam, tersangka pelaku serangan di Paris yang paling dicari-cari aparat dan buron selama 4 bulan, akhirnya berhasil ditangkap di ibukota Belgia setelah terlibat baku tembak dengan aparat setempat.
Perdana Menteri Belgia Charles Michel dan Presiden Prancis Francois Hollande hari Jumat (18/3/2016) mengkonfirmasi penangkapan itu dalam konferensi pers di Brussels, lapor Aljazeera.
“Ini adalah keberhasilan melawan terorisme,” kata Michel ketika memberikan selamat kepada pasukan keamanan yang berhasil dalam operasi tersebut.
Salah Abdeslam mengakhiri pelariannya di Brussels di daerah pemukiman Molenbeek dengan kaki terluka setelah buron selama 4 bulan, kata wakil kepala daerah setempat Ahmed El-Khannous.
Empat orang lain, termasuk anggota sebuah keluarga yang menampung Abdeslam, juga ditahan, kata jaksa federal Belgia Eric van der Sypt. Dia mengkonfirmasi Abdeslam mengalami luka ringan di kaki saat aparat berusaha menangkapnya dan telah dibawa ke rumah sakit.
Rekaman gambar menunjukkan polisi bersenjata lengkap tampak menyeret seorang laki-laki yang wajahnya ditutupi tudung putih ke jalan, lalu memasukkannya ke dalam sebuah kendaraan tanpa label yang menunggu di sana.
Sebelumnya pada hari yang sama, kantor Kejaksaan Federal Belgia mengatakan sidik jari Abdeslam ditemukan di sebuah apartemen di daerah Forest, dalam operasi penyergapan berbeda di selatan Brussels hari Selasa.
Dalam operasi tersebut seorang tersangka serangan Paris lainnya yang bernama Mohamed Belkaid tewas. Belkaid adalah pria berusia 35 tahun keturunan Aljazair.
Petugas di tempat itu menemukan sebuah senapan Kalasnikov, amunisi, buku-buku Islam dan bendera ISIS. Tidak ada bahan peledak ditemukan di apartemen itu, kata pihak kejaksaan.
Abdeslam, warganegara Prancis, dilahirkan di kota Brussels dan sebelumnya pernah tinggal di ibukota Belgia itu.
Polisi berkeyakinan dia terlibat dalam serangan 13 Nobember 2015 di kota Paris yang mengakibatkan 130 orang tewas dan ratusan lainnya luka-luka. Sejumlah pria bersenjata ketika itu melakukan aksi penembakan dan bom bunuh diri di dekat stadion nasional Stade de Farnce, tempat konser musik Bataclan, serta sejumlah kafe dan bar.
Abdeslam diduga menyewa sebuah kendaraan yang dipakai mengangkut pelaku serangan di Bataclan.
Dia melarikan diri ke luar Paris usai serangan itu, yang diklaim oleh ISIS. Beberapa jam kemudian dia dikabarkan sempat diberhentikan dan ditanyai polisi di perbatasan Prancis-Belgia sebelum akhirnya diperbolehkan melintas.
Beberapa tersangka serangan memiliki keterkaitan dengan sejumlah orang di Belgia.
Abang dari Abdeslam termasuk pelaku bunuh diri dalam serangan di Paris itu.
Presiden Hollande minta Abdeslam diekstradisi
Dalam konferensi pers bersama dengan PM Michel, Presiden Prancis Francois Hollande mengatakan bahwa Abdeslam yang berkewarganegaraan Prancis akan diinterogasi dan diadili di negaranya.
“Saya yakin sepenuhnya proses ekstradisi ini akan berhasil. Abdeslam akan diinterogasi dan diadili di Prancis,” kata Hollande seperti dilansir Deutsche Welle. Dia mengatakan Kejaksaan Prancis telah mempersiapkan permohonan ekstradisinya.
Yuk bantu dakwah media BCA 1280720000 a.n. Yayasan Baitul Maal Hidayatullah (BMH). Kunjungi https://dakwah.media/
Hollande mengatakan bahwa investigasi kasus itu masih berlanjut dan diharapkan akan ada penangkapan-penangkapan lain di kemudian hari.
“Ada banyak orang yang kami telah identifikasi, dan itu adalah pekerjaan yang harus kami lakukan untuk menanganinya,” kata Hollande.
“Kita berurusan dengan jaringan luas di beberapa negara,” imbuh Hollande.
Sejak bulan November lalu, polisi Prancis melakukan lebih dari 2.500 penyergapan dengan menggunakan kekuasaan negara dalam situasi darurat, yang mendapatkan kritikan dari aktivis peduli HAM.
“Prancis mempunyai kewajiban untuk menjamin keamanan publik dan berusaha mencegah serangan di masa depan, tetapi polisi telah menggunakan kewenangan di masa darurat yang baru secara berlebihan, diskriminatif dan tidak adil,” kata Izza Leghtas, peneliti dari Human Rights Watch (HRW) wilayah Eropa Barat.
Menurut HRW, hanya empat prosedur hukum yang diluncurkan dalam kaitannya dengan ribuan penyergapan yang dilakukan di seluruh pelosok negeri Prancis.*