Hidayatullah.com–Perjalanan Presiden Iran Hassan Rouhani di Prancis mendapat kecaman dari komunitas Yahudi Prancis karena bertepatan dengan Hari Peringatan Holocaust (Holocaust Memorial Day).
Kunjugan Presiden Rouhani bertujuan untuk membangun kembali hubungan politik dan ekonomi yang pada tahun-tahun ini karena sanksi pada Iran.
Meskipun begitu, ketepatan kegiatan itu telah membuat marah beberapa orang di komunitas Yahudi Prancis, karena kehadirannya bertepatan dengan peringatan yang menandai pembebasan kamp konsentrasi Auschwitz oleh Tentara Merah Soviet di tahun 1944.
Direktur Komite Yahudi Amerika yang berkantor di Paris, Simone Rodan-Benzaquen, mengecam kunjungan tersebut, dan mengatakan kunjungan itu menunjukkan Iran mempunyai “rasa humor yang gelap”.
“Saat Presiden Rouhani mempersiapkan kunjungannya yang tidak wajar ke Paris, penting untuk mengulang kembali kata-kata pendahulunya, Mahmoud Ahmadinejad, yang berulang kali menyatakan bahwa Holocaust ‘sebuah mitos’ dan mengatakan bahwa Negara Israel seharusnya ‘dihapus dari peta dunia’ – ucapan yang presiden Iran saat ini tidak pernah membantahnya,” tulis dia untuk Fox News.
Dia juga menyoroti bahwa Iran pernah menyelenggarakan sebuah kompetisi kartun Holocaust pada Juni yang diakui bertema “Apakah Holocaust benar-benar terjadi?”
“Sejak pemimpin Iran berpikir mereka memperbolehkan untuk mengetawai semua kecuali Nabi, ‘badut-badut’ anti-Semit dari semua golongan – ektrimis kanan, ekstrimis kiri, orang Islam, dan lainnya – akan mendapat kesempatan untuk dilepaskan ke kamar gas,” kata dia.
Mantan Dubes Israel untuk AS Michael Oren di twitter juga menulis sebuah ejekan bahwa dia “sedang mewakili Israel di markas Dewan Eropa di Prancis ketika benua yang melakukan Holocaust menjadi tuan rumah bagi rezim yang tidak mengakui itu”.
Hari Rabu, dilaporkan Kepala UNESCO Irina Bokova akan mengangkat isu kompetisi kartun Holocaust ketika bertemu Rouhani mengunjungi markas organisasi itu itu.
Merespon komplain yang dilayangkan dubes Israel minggu lalu, Bokova juga berjanji akan menghubungi permenant delegasi Iran untuk menjawab persoalan tersebut.
“Saya percaya kontes ini hanya akan menyajikan lebih lanjut kebencian, rasisme dan diskriminasi,” tulis dia di surat itu.
“Saya percaya bahwa semua sikap UNESCO tidak pernah lebih penting dari kekacauan di waktu-waktu ini, sebagaimana kita menghadapi peningkatan kekerasan ekstrimisme, tindakan kebencian yang kejam dan anti-Semitisme.”
Kantor Berita Iran IRNA mengumumkan pada Desember lalu kompetisi kartun yang menyindir Holocaust itu akan diadakan pada Juni di Mashhad sebagai bagian dari Tehran International Cartoon yang diselenggarakan tiap dua tahun, yang telah diselenggarakan orang pemerintah Tehran selama 10 tahun terakhir ini.
Pemenang kompetisi akan mendapatkan hadiah sebesar $50.000
Perbedaan yang mencolok dengan sikap masyarakat Rouhani terhadap komunitas Yahudi di Iran, yang itu telah lama dipuji sebagai bagian untuk memperbaiki hubungan di dalam negara yang telah lama dilihat sebagai pemimpin global yang dikenal Anti-Semit.
Berbeda dengan pendahulunya Mahmoud Ahmadinejad, Rouhani secara publik mengakui dan mengatakan bahwa Holocaust “patut dicela”.
“Saya dapat mengatakan pada Anda bahwa setiap kejahatan yang terjadi di dalam sejarah kemanusiaan, termasuk kejahatan Nazi terhadap baik Yahudi maupun non-Yahudi pantas dicela dan pantas dikecam,” ujarnya di dalam sebuah wawancara berikut pada pidatonya di pertemuan PBB.
“Kejahatan apapun yang mereka lakukan terhadap Yahudi, kami mengecam,” ujar Rouhani.
Pada Desember 2014, Rouhani juga mengejutkan para pengamat dengan membuka sebuah peringatan bagi Yahudi Iran yang terbunuh pada perang Iran-Iraq.
Yahudi Iran yang merasa tersingkirkan saat kepemimpinan Mahmoud Ahmadinejad memuji tindakan tersebut.
“Pemerintah telah mendengar permintaan dan keluhan kami. Konsultasi yang sedang kami lakukan adalah langkah ke depan yang penting,” kata Homayoun Samiah, pemimpin dari Asosiasi Yahudi Teheran.
Yuk bantu dakwah media BCA 1280720000 a.n. Yayasan Baitul Maal Hidayatullah (BMH). Kunjungi https://dakwah.media/
“Dibawah mantan presiden Mahmoud Ahmadinejad, tidak ada seorangpun yang mendengarkan kami. Permintaan kami seperti didengar telinga yang tuli.”
Meir Javedanfar, seorang analis politik kelahiran Iran-Israel yang tinggal di Iran selama perang, juga memuji sikap itu sebagai tanda rekonsiliasi.
“Di Iran, selama perang melawan Saddam, kami semua satu,” tulis dia di blog miliknya, Iran-Israel Observer. “Iran adalah negara kami dan kami mecintai dan mempertahankannya sebagai penduduk setia, apapun agama yang kita yakini. Dan beberapa, seperti pahlawan yang telah gugur sebagai martir, telah membayar harga yang mahal.
“Saya telah mengkritisi keputusan Presiden Rouhani ketika saya tidak setuju dengannya. Dan Saya akan terus melakukan itu. Tetapi keputusan terakhirnya merupakan keputusan yang hanya pantas dipuji dan dihargai.”
Iran memiliki komunitas terbesar ketiga Yahudi di Timur Tengah dan Afrika Utara setelah Israel dan Turki, dengan populasi diperkirakan saat ini berjumlah lebih dari 8.000.
Meskipun konstitusi di Iran melindungi populasi Yahudinya dan memberikan satu kursi di parlemen sebagai anggota parlemen, banyak Yahudi masih mendapatkan diskriminasi di negaranya, terutama jika dituduh memegang paham Zionis atau mempertahankan hubungan dengan Israel.*/Nashirul Haq AR