Hidayatullah.com—Amerika Serikat menyampaikan terima kasih kepada Iran, karena telah membebaskan 10 personel angkatan lautnya yang ditahan pada hari Selasa (12/1/2016) setelah dua kapal patroli mereka memasuki perairan Iran.
Dilansir BBC Rabu (13/1/2016), media pemerintah Iran mengatakan bahwa kesepuluh pelaut AS itu dilepaskan di perairan internasional setelah mereka meminta maaf. Namun, Wakil Presiden AS Joe Biden membantah pernyataan itu, dengan mengatakan bahwa kapal patroli AS semata-mata mengalami gangguan dan “tidak ada yang perlu dimintakan maaf.”
Pihak Amerika Serikat sedang menyelidiki bagaimana kapal patroli mereka bisa memasuki teritori laut Iran.
Menteri Luar Negeri AS John Kerry mengucapkan terima kasih atas “kerja sama dan respon cepat” pemerintah Teheran. “Masalah ini dapat diselesaikan dengan damai dan secara resmi dituntaskan, dan itu merupakan kesaksian akan berartinya peran diplomasi agar negara kita tetap selamat, aman dan kuat,” kata Kerry.
Menlu AS itu segera mengontak sejawatnya Menlu Iran Javad Zarif tidak lama setelah penangkapan terjadi. Kedua pejabat itu memiliki hubungan personal yang mereka bangun selama 3 tahun perundingan nuklir Iran dengan negara-negara adidaya, DK-PBB dan Uni Eropa.
Baca juga: Iran Tahan Dua Kapal Patroli dan 10 Pelaut Amerika Serikat
Dalam laporannya koresponden diplomatik BBC Jonathan Marcus mengatakan pemerintah Iran cepat menerima alasan dua kapal patroli AS itu memasuki perairan Iran tanpa disengaja. Jenderal Ali Fadavi dari Garda Revolusi Iran, yang menangkap 9 pelaut pria dan seorang pelaut wanita itu, bahkan mengatakan para prajurit AL Amerika Serikat tersebut tidak melakukan aksi mata-mata.
Respon cepat Teheran tersebut sangat dipahami, sebab dalam beberapa hari ke depan –kemungkinan akhir pekan ini– beragam sanksi atas Iran yang muncul akibat aktivitas nuklir negeri Persia itu akan dicabut.
Ada kelompok-kelompok konservatif dan garis keras di masing-masing negara yang dengan senang hati akan menggagalkan kesepakatan nuklir yang telah dicapai Iran dengan negara dan lembaga internasional tahun lalu. Konsekuensinya, Teheran, maupun Washington, sangat berkepentingan untuk menuntaskan masalah penangkapan kapal patroli AS itu secepat mungkin. Keuntungan ekonomi yang akan diraup setelah pencabutan sanksi atas Iran terlalu besar untuk dikorbankan hanya karena masalah kecil seperti sekarang ini.
Kelompok konservatif di Iran menentang kesepakatan nuklir, karena perjanjian itu akan membatasi Iran dalam pengembangan dan pemanfaatan teknologi nuklirnya. Sementara di Amerika Serikat, kelompok penentang beranggapan pencabutan sanksi atas Iran justru akan mengurangi daya tekan atas negara Syiah yang gencar mengembangkan kemampuan nuklirnya yang akan digunakan sebagai senjata pemusnah massal.
Yuk bantu dakwah media BCA 1280720000 a.n. Yayasan Baitul Maal Hidayatullah (BMH). Kunjungi https://dakwah.media/
Dalam masalah kali ini, media Iran yang biasanya menggunakan istilah-istilah kasar dan bermusuhan untuk Amerika Serikat dan Barat tidak mengeluarkan jurus sumpah serapah mereka. Laporan-laporan yang ditulis media Iran tampak ditata sedemikian rupa sehingga terkesan lebih lunak. Tidak ada laporan melecehkan seperti dalam kasus penangkapan personel AL Inggris tahun 2007, yang kala itu media Iran ramai mengolok-olok Inggris dengan membuat kabar bahwa salah seorang pelautnya menangis karena alat pemutar musiknya disita.
Sementara itu, wakil kepala program nuklir Iran membantah kabar yang mengatakan reaktor nuklir Arak telah dihentikan aktivitasnya, yang menjadi langkah akhir sebelum implementasi kesepakatan nuklir tersebut.*