Hidayatullah.com—Seorang pengacara yang mewakili 231 orang mengatakan bahwa kliennya mengalami kekerasan dari orang-orang dewasa yang bekerja untuk Domspatzen, sebuah kelompok paduan suara Katolik di Bavaria, Jerman. Beberapa di antaranya merupakan korban kekerasan seksual.
Ulrich Weber, pengacara yang mewakili korban itu, ditugaskan oleh keuskupan gereja untuk menangani masalah tersebut.
“Saya dii sini memiliki 231 laporan kekerasan fisik,” yang berkisar dari pemukulan hingga pelarangan makan, dan serangan seksual hingga pemerkosaan, kata Weber dalam konferensi pers hari Jumat (8/1/2016), seperti dikutip Deutsche Welle.
“Kekerasan seksual yang dilaporkan di Regensburg kebanyakan terjadi pada periode pertengah hingga akhir 19970-an,” kata pengacara itu. Sebanyak 50 korban menyebut 10 orang yang sama sebagai pelakunya di Domspatzen, sebuah kelompok paduan suara dan dua asosiasi yang berkaitan dengan sekolah berasrama antara tahun 1953 dan 1992.
Weber mengatakan jumlah sesungguhnya bisa jadi lebih besar dari jumlah kasus yang dilaporkan. Pasalnya, sedikitnya sepertiga dari 2.100 anak yang menjadi anggota dari paduan suara Katolik itu pernah mengalami kekerasan fisik.
Dalam wawancara dengan majalah Spiegel tahun 2010, direktor dan komposer Frank Wittenbrink, yang merupakan mantan murid di Regensburg, mengatakan di sana ada “sistem hukuman sadis yang berhubungan dengan kesenangan seksual.”
Domspatzen dipimpin abang Paus Benediktus XVI
Kepada para reporter Weber mengatakan bahwa kasus-kasus kekerasan fisik dan seksual itu secara internal diketahui dan juga dikritisi, tetapi hal itu terus terjadi hampir tanpa ada konsekuensi (sanksi bagi pelaku). Kebanyakan dari kasus itu sekarang tidak bisa diproses di pengadilan, karena dianggap kadaluarsa menurut hukum.
Domspatzen adalah sebuah kelompok paduan suara di Regensburg, negara bagian Bavaria, yang telah berusia 1.000 tahun. Kasus kekerasan fisik dan seksual di sana terungkap pada 2010, ketika mantan-mantan siswa yang pernah dicabuli para rohaniwan Katolik bersuara ke publik. Paduan suara tersebut pada 1964 sampai 1994 dipimpin oleh Georg Ratzinger, abang dari Paus Benediktus XVI, tahun-tahun di mana kekerasan fisik dan seksual itu diyakini paling banyak terjadi.
Yuk bantu dakwah media BCA 1280720000 a.n. Yayasan Baitul Maal Hidayatullah (BMH). Kunjungi https://dakwah.media/
Menurut pengacara para korban, Georg Ratzinger ketika itu pasti mengetahui sebagian dari kasus itu terjadi, meskipun dia membantah dan mengaku sama sekali tidak memiliki informasi tentang hal itu. Pihak keuskupan sebelumnya pernah menawarkan uang kompensasi 2.500 euro bagi masing-masing korban.
Pada Februari 2013, di tengah maraknya laporan mengenai kasus-kasus pencabulan anak oleh para rohaniwan di lingkungan Gereja Katolik di berbagai belahan dunia baik yang lama maupun baru, Paus Benediktus XVI dengan menyebut alasan fisik dan mentalnya di usia yang sudah tua (85 tahun dan 318 hari), mengumumkan pengunduran dirinya sebagai pemimpin tertinggi Gereja Katolik Roma. Dia mengatakan akan menghabiskan masa hidupnya dengan berdoa tanpa putus.*