Hidayatullah.com–Sekretaris Jenderal Inisiatif Nasional Palestina Mustafa Barghouti mengatakan, Otoritas Palestina pimpinan Mahmud Abbas harus segera menghentikan semua kerja sama keamanan dengan penjajah Israel dan harus mendukung munculnya perlawanan rakyat Palestina di Jerusalem dan Tepi Barat yang disebutnya sebagai “Intifada ketiga”.
Barghouti menyebut Intifada ke-3 telah dimulai menyusul bentrokan mematikan dan gelombang protes yang terjadi di Tepi Barat dan Jerusalem dalam beberapa pekan terakhir, termasuk penembakan fatal dua remaja Palestina baru-baru ini dan penikaman pengungsi Yahudi dan Israel oleh rakyat Palestina.
Aksi ini terjadi setelah adanya perlawanan antara rakyat Palestina dan pasukan penjajah Israel bulan lalu di kompleks Masjid al-Aqsha, tempat suci ketiga umat Islam sedunia.
Ketegangan mulai meningkat menyusul peningkatan jumlah pengunjung Yahudi selama Tahun Baru Yahudi ditambah teror penjajah yang tengah selama usaha menutup Masjidil Aqsha.
Komentar Barghouti mengikuti ancaman Presiden Palestina, Mahmud Abbas pada Sidang Umum PBB pekan lalu untuk menarik diri antara Otoritas Palestina dan Israel selama dua dekade terakhir, demikian kutip Middle East Eye (MEE).
Barghouti mengatakan bahwa Otoritas Palestina harus mengakhiri pakta koordinasi keamanan kontroversial dengan penjajah Israel sebab itu akan memberi pengaruh kebijaksaan politik terhadap faksi-faksi perlawanan Palestina lainnya di Tepi Barat.
“Perlawanan Palestina harus didukung oleh Otoritas Palestina…dan juga harus segera menghentikan koordinasi keamanan dengan penjajah Israel, terangnya kepada MEE.
“Intifada ke-3 sudah dimulai. Harusnya tidak ada lagi negosiasi dengan Israel karena nyatanya mereka sudah melanggar semua perjanjian di masa lalu.”
Sebelumnya, Mahmud Abbas mengatakan pada Sidang Umum PBB Rabu bahwa Otoritas Palestina tidak akan menjadi satu-satunya yang berkomitmen terhadap pelaksanaan perjanjian dengan Israel. [Baca: Pidato Israel di PBB Tak Singgung Palestina, Mahmub Abbas Tak Punya Gigi]
Selanjutnya menambahkan Israel harus menanggung semua tanggung jawabnya sebagai pemilik kekuatan kependudukan tanpa menyebutkan kekuatan apa yang dimaksud untuk dilepaskan oleh Otoritas Palestina.
Namun, ia juga mengatakan pada Selasa: “Kami [Otoritas Palestina] tidak menginginkan perluasan militer dan keamanan dengan Israel, menunjukkan kemungkinan Otoritas Palestina untuk bersedia terlibat dalam pembicaraan lebih lanjut dengan Israel.”
Mengingat perlawanan yang terjadi akhir-akhir ini, beberapa faksi bersenjata Palestina, seperti Jihad Islam, telah memberikan ancaman untuk melanjutkan serangan dan ancaman bom bunuh diri terhadap pihak penjajah Israel.
Dalam upaya meredam ketegangan, tentara Israel merilis hasil penyelidikan awal mereka terhadap penembakan seorang remaja Palestina Abdel Rahman Obeidallah (13 tahun). [Baca: Abdo, Ditembak Israel Saat Masih Gunakan Pakaian Seragam]
Seorang perwira militer Zionis menyebut insiden penembakan keji itu sebagai ketidak-sengajaan.Menurut investigasi militer penjajah, Abdo, ditembak dengan senapan kaliber 22 oleh seorang penembak jitu Israel yang sebenarnya sedang membidik orang dewasa yang berdiri di sampingnya. Namun tidak ada penjelasan, mengapa orang dewasa tersebut dibidik.
Kejadian ini bertentangan dengan juru bicara penjajah lainnya yang mengatakan tidak ada penembakan secara langsung oleh pihak Zionis-Israel dalam insiden tersebut.
B’tselem, sebuah organisasi HAM Israel yang mendokumentasikan pelanggaran pemerintah Israel dalam Wilayah Kependudukan. Lembaga ini juga mengecam penembakan keji Obeidallah dan mengutuk penggunaan peluru terhadap warga Palestina, dengan menyebut senapan kaliber 22 sebagai senjata mematikan, yang bagi pihak penjajah Israel dianggap sebagai alat yang wajar untuk mengendalikan demonstrasi.
Sementara itu, Perdana Menteri penjajah Israel, Benyamin Netanyahu mengatakan tak mungkin bisa meredakan ketegangan. Ia bahkan telah mengkonfirmasi akan mempercepat pembongkaran rumah-rumah Palestina yang diduga terlibat dalam serangan bersenjata, menerapkan hukum dan melarang orang-orang memasuki Kota Lama, Yerusalem.
Yuk bantu dakwah media BCA 1280720000 a.n. Yayasan Baitul Maal Hidayatullah (BMH). Kunjungi https://dakwah.media/
Kemarin, rumah dari dua warga Palestina dihancurkan penjajah, sebelumnya, mereka telah ditembak dan dibunuh oleh pasukan keamanan Israel. [Baca: Tepi Barat Bergolak, Intifadah 3 Hantui Penjajah Israel]
Dalam sebuah pernyataan, jurubicara kelompok Hamas, Sami Abu Zuhri mengatakan, serangan yang terjadi terhadap penduduk Israel dan pasukan keamanan mereka merupakan respon alami terhadap penjajahan Israel dan kejahatan yang dilakukan kepada Masjid al-Aqsha dan rakyat Palestina.
“Rakyat Palestina tak bisa duduk diam sementara kejahatan Israel terus terjadi di tengah-tengah kebisuan internasional.”
Saat ditanya apa yang ia harapkan dari komunitas internasional, Barghouthi mengatakan kepada MEE; “Saya berharap kepada masyarakat internasional untuk mengambil langkah hukum terhadap Israel dalam bentuk sanksi Internasional. Mereka harus menyatakannya dengan jelas kepada Israel bahwa mereka harus segera menghentikan kekerasan mereka.”
Sebagaimana diketahui, Intifada kedua dimulai tahun 2000 ketika mantan PM Israel, Ariel Sharon memasuki kompleks Masjid al-Aqsha, memancing berbagai tindakan kekerasan selama 5 tahun dan menyebabkan jatuhnya ribuan korban pada kedua belah pihak.*/ Karina Chaffinch