Hidayatullah.com—Dampak kebijakan Turki yang membuka pintu lebar penampungan pengungsi asal Suriah sudah mulai dirasakan warga kota metropolitan Istanbul, di mana keluhan masyarakat yang masuk ke Departemen Kepolisian Istanbul sebanyak 60% di antaranya merupakan keluhan tentang pengemis asal Suriah.
Meningkatnya jumlah pengemis Suriah di jalanan dan lampu merah telah menimbulkan rasa tidak nyaman warga kota Istanbul. Di distrik Beyoglu dan Fatih, polisi bahkan sudah menangkapi para pengemis tersebut.
Menurut sebuah cabang Departemen Kepolisian Daerah Istanbul, pengemis Suriah kebanyakan tinggal di distrik Bahcelievler, Fatih dan Kagithane. Aparat setempat telah menahan 500 keluarga pengemis di Istanbul dan jumlahnya dari hari ke hari semakin meningkat.
Distrik Taksim, Eminonu, Esenler menerima komplain banyak tentang pengungsi Suriah. Meskipun aparat setiap pekan menangkap 30-40 pengemis Suriah, tetapi mereka tidak diproses hukum sebab statusnya sebagai pengungsi.
Tempat-tempat pariwisata di Istanbul termasuk yang menjadi sasaran pengemis Suriah.
Today’s Zaman (20/11/2013) melaporkan, di Jalan Ragıp Gumuspala sepanjang Taman Sobacılar di Fatih, sekitar gedung lama Kamar Dagang Istanbul dan Taman Anıt di Sarachane masing-masing terdapat 10 pengemis. Di Jalan Sehit Yarbay Cesur di Bahcelievler ada 30, di Taman Karadeniz 15 dan hampir 500 di Sirinevler Tavukcu Deresi. Di belakang kantor polisi Kocasinan ada 20, di sekitar taman lama di Jalan Kıbrıs 10, di Jalan Kerimcavus 60, di Jalan Ordu 10, di Jalan Tevfik Fikret 30 dan sekitar Ulu Camii Zeki Muren ada 50 pengemis Suriah. Di sekitar kantor partai pemerintah AKP di Kagitahane ada 15 pengemis Suriah dan di depan terminal pelabuhan feri Kabatas ada 10.
Yuk bantu dakwah media BCA 1280720000 a.n. Yayasan Baitul Maal Hidayatullah (BMH). Kunjungi https://dakwah.media/
Dari 1 juta pengungsi Suriah di Turki, hanya sekitar 200.000 orang yang tinggal di kamp pengungsian, yang kebanyakan berada di wilayah selatan dekat dengan perbatasan Suriah. Sebagian besar bertebaran ke berbagai daerah dan banyak yang menyambung hidup dengan mengemis, termasuk anak-anak.*