Hidayatullah.com–Mahasiswi Muslim dilarang memakai niqab di Birmingham Metropolitan College, Inggris, karena kekhawatiran mengenai keamanan. Mereka telah diberitahu untuk melepas bagian yang menutupi wajah sehingga mereka ‘mudah diidentifikasi setiap saat’ .
Beberapa mahasiswa menyambut baik langkah tersebut, dengan alasan membuat lebih aman. Namun yang lain menyebutkan kebijakan ini ‘menjengkelkan’.
Larangan penggunaan niqab itu telah menyebabkan beberapa mahasiswi mendaftar di perguruan tinggi yang berbeda. Mereka yang menggunakan topi dan kerudung juga diminta melepas. Demikian diberitakan The Nation, Rabu (11/09/2013).
Mahasiswi Imaani Ali, 17, mengatakan, kebebasannya telah dilanggar oleh ‘aturan’ itu. “Saya dan teman lain yang memakai hijab diberitahu, kami tidak akan diizinkan menggunakannya di dalam kampus setelah kami mendaftar,” katanya.
“Mereka tidak memberi kami alternatif lain. Kami sudah menyampaikan, kami dapat memperlihatkan wajah kepada petugas keamanan selain memeriksa identitas kita, tetapi mereka tidak tetap tidak mengizinkan. Ini pelanggaran terhadap kebebasan saya dan saya merasa diperlakukan diskriminasi. Ini adalah agama saya, yang saya yakini. Saya tidak ingin masuk ke tempat yang menolak saya, tetapi saya tidak punya pilihan.”
Seorang gadis 17 tahun yang tidak mau disebutkan namanya, begitu kecewa terhadap kebijakan yang membuatnya harus mencari perguruan tinggi lain.
“Ini menjengkelkan. Ini (busana) adalah pilihan pribadi dan saya merasa benar-benar terkejut hal ini terjadi di perguruan tinggi yang berada di pusat kota Birmingham, suatu kota yang begitu multikultural dan begitu banyak siswa Muslim,” katanya.
“Ini mengecewakan saya bahwa kami sedang didiskriminasi. Saya tidak mengira niqab yang saya pakai telah membuat saya tertolak belajar atau berkomunikasi dengan siapa pun. Aku tidak pernah punya masalah di kota ini sebelumnya.”
Suleman Hussain, 17, yang mengambil jurusan sains di perguruan tinggi itu sangat tidak setuju dengan larangan itu. Dia berkata, “Mereka tidak akan membawa bom ke perguruan tinggi. Mereka datang ke sini untuk belajar.”
Larangan itu diberlakukan beberapa hari setelah busana yang berkaitan dengan religius dibicarakan di parlemen .
Kettering MP Philip Hollobone yang mendukung larangan penggunaan cadar dan mengangkat masalah ini dalam RUU, mengatakan, pakaian itu bertentangan dengan bagian dasar cara hidup Inggris.
Pimpinan perguruan tinggi, Dame Christine Braddock, membela kebijakan di tempatnya. Ia mengatakan, larangan itu telah berlaku selama beberapa waktu dan telah membuat siswa aman.
“Kami memiliki kebijakan kesetaraan, keanekaragaman, dan inklusi yang sangat kuat di Birmingham Metropolitan College. Tetapi kami berkomitmen untuk memastikan bahwa siswa diberikan lingkungan belajar yang aman dan ramah selama belajar dengan kita,” katanya.
Yuk bantu dakwah media BCA 1280720000 a.n. Yayasan Baitul Maal Hidayatullah (BMH). Kunjungi https://dakwah.media/
Presiden Asosiasi Muslim Inggris, Omer El-Hamdoon, mengatakan, para wanita di perguruan tinggi harus menerima kebijakan dan mematuhi aturan. “Memang para wanita itu merasa hal itu bagian dari agama, tetapi mereka (perguruan tinggi) menginginkan yang praktis,” katanya .
“Jika Anda pergi ke bank mengendarai sepeda motor, Anda akan diminta melepaskan helm guna identifikasi diri. Juga ketika datang untuk duduk ujian, juga ada masalah seputar identifikasi, karena perguruan tinggi perlu tahu siapa yang mengerjakan ujian itu. Beberapa orang merasa itu bertentangan kebebasan berekspresi, tetapi mereka harus mematuhi aturan yang merupakan bagian dari masyarakat,” katanya.
Ozayr Mir, 17 , mahasiswa yang studi bisnis, mengatakan, “Aturan itu baik-baik saja jika itu untuk alasan keamanan. Toh mereka tidak meminta para wanita untuk memamerkan bagian tubuhnya.”*