Hidayatullah.com–Membisunya tokoh Myanmar, Aung San Suu Kyi terhadap kasus diskriminasi yang dialami oleh suku Pattani di negaranya, menyebabkan dunia internasional kecewa.
Setelah cukup lama tidak berkomentar apa-apa terhadap protes dari dunia internasional itu, akhirnya Suu Kyi buka suara.
Kepada BBC, pemimpin yang akrab dengan penjara rumah itu menyatakan bahwa dirinya tidak mau berbicara karena dia tidak ingin menggunakan “kepemimpinan moral” dalam sikap politiknya.
“Saya mendukung toleransi, tapi bukan berarti seseorang harus bertindak karena dorongan moral dalam kepemimpinannya. karena banyak aspek lain yang menyebabkan suatu konflik bisa terjadi,” ujarnya seperti dilansir BBC, Minggu (4/11/2012).
Hal ini disampaikannya di ibukota Naypyidaw setelah dirinya menerima kunjungan presiden Komisi Uni Eropa, Jose Manuel Barosso. Dalam kesempatan itu, Barosso menyatakan bahwa Uni Eropa sangat prihatin dengan tragedi yang terjadi di Myanmar itu.
“Saya tahu orang-orang berharap agar saya membela salah satu pihak. Namun itu tidak akan terjadi karena berarti saya akan mengecewakan yang lainnya,” lanjut Suu Kyi lagi.
Pemenang hadiah Nobel demokrasi yang kini merupakan anggota parlemen ini juga menyatakan bahwa supremasi hukum adalah hal pertama yang harus ditegakkan di Myanmar.
“Karena jika satu pihak membunuh pihak lain maka bagaimana bisa kita duduk bersama untuk memikirkan jalan keluar yang logis?” lanjutnya.
Yuk bantu dakwah media BCA 1280720000 a.n. Yayasan Baitul Maal Hidayatullah (BMH). Kunjungi https://dakwah.media/
Permasalahan pengungsi Rohingya memang telah menjadi sorotan dunia internasional dalam waktu yang cukup lama. Hal ini karena diskriminasi yang dialami oleh 800 ribu orang Rohingya di Myanmar yang disebut pemerintah sebagai ‘imigran ilegal’ dari Bangladesh.
Sedikitnya lebih dari 100 ribu orang telah diungsikan ke tempat yang aman sejak kerusuhan meletus Juni lalu. Ratusan orang telah meninggal dari kedua belah pihak dan ratusan rumah terbakar.*