Hidayatullah.com—Omar Khadr, pemuda Kanada kelahiran Toronto hari Sabtu (29/9/2012) dilepaskan dari Guantanamo, setelah mendekam di penjara itu selama 10 tahun.
Omar Khadr masih berusia 15 tahun saat ia dijebloskan ke penjara di pangkalan militer Amerika serikat, Guantanamo, di Kuba. Khadr ditangkap dalam keadaan terluka parah, saat serangan udara dan darat Amerika Serikat di Afghanistan tahun 2002.
Sekarang Khadr berubah menjadi pria muda 26 tahun dengan wajah berparut dan berjenggot lebat.
Tahun 2010 seharusnya Khadr sudah dipulangkan ke Kanada, setelah pemerintah Ottawa dan Washington sepakat untuk mengirim pemuda Muslim itu ke negara asalnya. Namun pemulangannya ditunda, sehingga dia harus mendekam di Guantanamo satu tahun lebih lama.
Khadr divonis bersalah atas lima dakwaan kejahatan perang, termasuk melemparkan granat yang menewaskan seorang tentara AS. Pemuda itu diganjar 8 tahun penjara.
Di Guantanamo, Khadr menjadi sorotan utama. Tidak hanya karena paling muda usianya, tetapi juga karena dia dapat berbicara sedikitnya empat bahasa; Inggris, Arab, Pashtun dan Dari, serta sedikit Prancis. Istimewanya, pemuda itu hapal al-Qur`an, sehingga teman-temannya di penjara sering memintanya untuk menjadi imam shalat.
“Dia bintang rock Guantanamo,” kata seorang saksi jaksa dalam persidangan Khadr, dikutip AFP.
Khadr sendiri dalam persidangan mengatakan bahwa ia sangat haus dengan ilmu pengetahuan dan bercita-cita menjadi dokter.
Salah seorang pengacaranya, Dennis Edney, menyebut pemuda itu sebagai “raksasa lembut”.
AFP melaporkan, ayah Khadr seorang warga Kanada kelahiran Mesir bernama Ahmad Said Khadr, yang dianggap sebagai salah satu anggota Al Qaidah yang berpengaruh. Dia terbunuh di Pakistan pada tahun 2003.
Keluarga mereka pindah pertama kali dari Kanada ke perbatasan Pakistan-Afghanistan pada tahun 1990 untuk ikut membantu rekonstruksi pascapenarikan pasukan Uni Sovyet dari Afghanistan, menurut sebuah situs online otobiografi keluarga.
Omar Khadr kembali ke Kanada tahun 1995, setelah ayahnya ditangkap di Pakistan terkait serangan Kedutaan Mesir di Islamabad.
Setahun kemudian remaja itu kembali ke Pakistan. Beberapa bulan sebelum serangan 9/11 dia balik ke Kanada, setelah itu ke Afghanistan.
Militer Amerika Serikat dan pemerintah Kanada mengatakan, Khadr berada di kamp pelatihan Al Qaidah untuk belajar membuat bom. Dalam sesi mendengar kesaksian pra-persidangan, jaksa penuntut menunjukkan video di mana Khadr terlihat duduk bersila di lantai sambil tersenyum merakit bom.
Yuk bantu dakwah media BCA 1280720000 a.n. Yayasan Baitul Maal Hidayatullah (BMH). Kunjungi https://dakwah.media/
Juli 2002 pasukan khusus Amerika Serikat menangkap Khadr di sebuah rumah di desa Khost dalam keadaan luka parah. Dua peluru mengenai bagian belakang badannya dan melukai tubuhnya. Dia juga terkena peluru di mata kiri, sehingga tidak berfungsi.
Setelah menjalani operasi beberapa kali, Khadr dipindah ke pangkalan udara AS di Bagram, kemudian ke Guantanamo.
Khadr mengaku mendapatkan perlakuan buruk di penjara. Foto-fotonya tahun 2008 menjadi berita di berbagai media, di mana dia terlihat menangis saat diinterogasi agen intelijen Kanada dan meminta agar dikeluarkan dari Guantanamo.*