Hidayatullah.com–Meski Perdana Menteri Najib Razak telah mengatakan dalam pidatonya bahwa perilaku gay, lesbian dan waria adalah bagian dari “budaya menyimpang” yang seharusnya “tidak punya tempat di negara ini”, rupanya pernyataan tersebut tidak dihiraukan oleh penganut gay kelahiran Malaysia, Ngeo Boon Lin dan pasangannya Phineas III yang tetap “menikah” di Malaysia.
Ngeo Boon Lin, adalah seorang pendeta gay etnis China “menikahi” pasangan seorang produser musik di New York. Mereka percaya bahwa “pernikahan” tersebut adalah yang pertama kali terjadi di negara mayoritas Muslim.
Sabtu lalu, pasangan gay ini mengadakan resepsi tertutup dengan sekitar 200 tamu, termasuk beberapa wartawan berbahasa China yang diminta untuk tidak melaporkan acara tersebut sampai acara pernikahan tersebut selesai diadakan.
“Kami bersyukur bisa membuat sejarah baru di Malaysia,” kata kedua pasangan gay tersebut seperti yang dikutip dari alarabiya.net, Selasa (07/08/2012).
Meskipun Ngeo mengidentifikasikan dirinya sebagai seorang penganut Kristen, tetapi Menteri untuk Urusan Islam Malaysia menyuarakan kekhawatirannya pada waktu itu bahwa perkawinan tersebut bisa mempromosikan “ekstrimisme” di antara 28 juta penduduk Malaysia, termasuk Muslim etnis Melayu yang terdiri dari hampir dua pertiga populasi.
Sebuah surat kabar milik partai berkuasa di Malaysia mendesak pemerintah mencegah Ngeo untuk mempromosikan perayaan perkawinannya gay-nya yang dilangsungkan di Malaysia tersebut.
“Ini hak saya untuk merayakan secara sukacita dengan orang yang saya sayangi,” kata Ngeo pada The Associated Press. “Pemerintah dapat membuat protes, konservatif agama dapat membuat protes, tetapi mereka tidak diterima di sini.”
Seperti diketahui, kebanyakan gay di Malaysia hidup bebas. Padahal, pelanggar terhadap penganut ini sangatlah keras.
Sebelum ini, ketika mencuat adanya berita festival gay di Malaysia, banyak kalangan sepakat bersatu untuk menolak.
Budiman Mohd Zodi, Wakil organisasi Malaysian Association of Youth Clubs (MAYC), dalam sebuat surat yang dikirim keredaksi BeritaHarian, Malaysia, mempertanyakan adanya keganjilan mengapa program-program ‘kebebesan seks’ seperti itu justru dipromosikan di Malaysia, yang nota-bene berpenduduk Islam.
Yuk bantu dakwah media BCA 1280720000 a.n. Yayasan Baitul Maal Hidayatullah (BMH). Kunjungi https://dakwah.media/
“Mengapakah program seperti ini dipromosikan di Malaysia? Sebuah negara yang majoritas rakyatnya beragama Islam,” ujarnya.
Ia bahkan mengungkapkan, sudah jelas UUD di malaysia pasal 3 (1) memperuntukkan Islam adalah agama persatuan. Di pentas dunia Malaysia juga dihormati sebagai sebuah negara Islam.
Baginya, tindakan bijak pihak kepolisian mengharamkan kelompok-kelompok gay atau lesbi mengadakan acara adalah sesuatu yang harus dipuji karena dinilai teelah membuat kerisauan masyarakat.*