Hidayatullah.com–Hari kesebelas sejak pemberangkatan tim Aksi Cepat Tanggap (ACT), ahad (29/07/2012), Andika P Swasono, relawan ACT menjelaskan bahwa kondisi pengungsi Rohingya di Bangladesh tidak mendapatkan pelayanan yang layak.
Pemerintah Banglades, menurut Andika, telah mempersulit bantuan ke tempat pengungsi Rohingya. Bahkan lembaga kemanusiaan international seperti Muslim Aid UK (Inggris), MSF (Belanda), dan ACF (Prancis) masih dilarang untuk mengirimkan bantuan.
“Kondisi ini membuat pengungsi terkatung-katung. Tim ACT sendiri masih bisa masuk ke tempat pengungsian karena mengiyakan salah-satu syarat untuk tidak membawa atribut kelembagaan,” jelas Andhika melalui teleconference di acara Forum Indonesia untuk Dunia Islam (FIDI), Rabu (08/08/2012).
Seperti diketahui, saat ini, ada 50.000 jiwa Muslim Rohingya terlantar di Kutapalong yang tidak diakui pemerintah Bangladesh. Kasus yang sama terjadi di pengungsian Leda di mana ada sekitar 30.000 jiwa. Permasalahan krisis pangan dan kesehatan membuat anak-anak terkena gizi buruk.
Pengungsi yang tidak diakui ini adalah mereka yang ditolak pada siang hari oleh tentara perbatasan Bangladesh. Biasanya pada malam hari mereka kembali secara diam-diam. Mereka bisa masuk ke tempat pengungsian sering juga karena bantuan warga sipil Bangladesh. Alhamdulillah masih ada warga Bangladesh yang memiliki hati untuk membantu saudarah Muslimnya.
“Rencananya misi pertama ACT akan memfokuskan bantuan di pengungsian Rohingya di Bangladesh,” tambah Andhika yang mengaku tidak terganggu ibadah puasa Ramadhannya selama di Bangladesh.
Yuk bantu dakwah media BCA 1280720000 a.n. Yayasan Baitul Maal Hidayatullah (BMH). Kunjungi https://dakwah.media/
Kebijakan ACT masuk ke pengungsian dengan pertimbangan masih banyak pengungsi Rohingya di Bangladesh yang masih terlantar. Bersamaan dengan itu, ACT juga masih berkordinasi dengan lembaga kemanusiaan international. Kordinasi ini terkait mengenai kedatangan tim kedua yang terdiri dari para dokter.
Tim ACT sendiri sudah berhasil masuk ke Teknaf, Leda dan Kutapalong. Saat ini Andhika mendapatkan info baru terdapat pengungsian yang tidak terdaftar di Cox’s Bazar, Kamp pengungsi di bawah PBB. ACT mengaku sedang bergerak ke sana.*