Hidayatullah.com–Restoran Prudhomme’s Lost Cajun Kitchen di tengah kota Lancaster County, Pennsylvania, Amerika Serikat, memiliki cara unik dalam melakukan pendekatan religius pada masyarakat yang mulai meninggalkan gereja.
Restoran ini selalu memberikan potongan harga 10% kepada pengunjungnya yang datang membawa buletin dari gereja di sekitar kota Lancaster setiap hari Minggu.
Pemilik restoran ini menjelaskan, tujuan ini diadakan selain untuk promosi juga bisa mensugesti masyarakat untuk pergi ke gereja. Salah satu hal untuk membuktikan seseorang telah mengikuti kebaktian di gereja adalah dia pasti membawa buletin mingguan dari kebaktian gereja tersebut.
“Hari minggu adalah hari yang baik, di mana banyak orang pergi ke gereja. Saya mencoba menghargai mereka ketika di sisi lain bisnis kami diuntungkan dengan mengapresiasi mereka,” jelas Sharon Prudhomme si pemilik restoran yang mengakui banyak pelanggannya dari kalangan pendeta gereja di sekitar Lancaster.
Namun begitu, metode promosi Sharon ini mendapat protes dari seorang atheis bernama John Wolff yang juga aktivis dari Freedom From Religion Foundation (organisasi untuk kebebasan beragama). Menurutnya, strategi promosi ini sangat mendiskriminasi dirinya sebagai seorang atheis.
“Kenapa mereka harus melakukan promosi dengan sentimen religius, padahal saya (yang seorang atheis) tidak memiliki niat buruk,” jelasnya seperti yang dikutip huffingtonpost.com (10/07/2012).
Lelaki yang telah menjadi atheis sejak berumur 15 tahun ini menilai, tidak seharusnya sebuah bisnis harus digerakkan dengan manajemen yang rasial, seakan seorang atheis adalah sesuatu yang lebih rendah dari mereka yang beragama.
Walau Sharon telah mendapat kecaman dari organisasi tersebut, Sharon tetap menjawabnya dengan santai.
Yuk bantu dakwah media BCA 1280720000 a.n. Yayasan Baitul Maal Hidayatullah (BMH). Kunjungi https://dakwah.media/
“Sebenarnya tidak perlu terlalu pusing dengan meributkan strategi promosi restoran kami. Silakan saja datangi gereja manapun tanpa harus ikut kebaktian dan ambil satu buletin, lalu datanglah ke sini, kamu akan tetap kami berikan diskon,” jawabnya santai dan tetap tidak terganggu untuk meneruskan tradisi restorannya tersebut yang ternyata mampu membuat orang kembali ke gereja, ketika hegemoni pemikiran bebas dan atheisme terus menjangkit anak-anak muda di AS.*