Hidayatullah.com—Alice Walker pemenang penghargaan Pulitzer melarang novel hasil karyanya “The Color Purple” yang telah diterjemahkan ke dalam bahasa orang-orang Yahudi, Hebrew (Ibrani), dicetak ulang, lapor Globes hari Selasa lalu (19/6/2012), seperti dilansir Al Arabiya.
Novel terkenal karangan Walker itu diterbitkan pertama kali dalam bahasa Hebrew pada tahun 1984. Sutradara kawakan Hollywood keturunan Yahudi, Stephen Spielberg, telah mengangkat ceritanya ke dalam layar lebar dibintangi du artis Amerika Serikat berkulit hitam Oprah Winfrey dan Whoopy Goldberg.
Walker memberitahu Yediot Books, penerbit afiliasi koran Israel berbahasa Hebrew Yediot Ahronot, mengenai keputusannya itu lewat surat.
Wanita itu menulis, “Tidak mungkin bagi saya untuk mengizinkannya pada saat ini karena alasan sebagai berikut: Sebagaimana yang Anda ketahui, musim gugur kemarin di Afrika Selatan Russell Tribunal on Palestine bertemu dan menetapkan bahwa Israel terbukti bersalah melakukan apartheid dan menganiaya orang-orang Palestina baik di dalam Israel maupun di wilayah-wilayah pendudukan. Kesaksian yang kami dengar, baik dari orang Israel maupun orang Palestina (saya merupakan salah satu juri) sangat mengerikan. Saya tumbuh di bawah apartheid Amerika, dan ini (apartheid Israel di Palestina) jauh lebih buruk. Bahkan, banyak orang-orang Afrika Selatan yang datang, termasuk Desmond Tutu, merasa kejahatan versi Israel ini lebih buruk dibandingkan apa yang mereka derita saat berada di bawah rezim supremasi kulit putih yang mendominasi Afrika Selatan begitu lamanya.”
Surat itu dipublikaskan oleh The Palestinian Campaign for the Academic and Cultural Boycott on Israel pada 9 Juni lalu.
Walker, yang ikut ambil bagian dalam gerakan boikot Israel Boycott, Divestment and Sanctions (BSD), menulis bahwa ia berharap kelompok tersebut “akan memberikan dampak yang cukup kepada masyarakat sipil Israel agar mengubah keadaan.”
Walker juga merupakan salah satu aktivis yang ikut serta dalam Gaza Flotilla dan kerap kerap mengkritisi kebijakan-kebijakan Israel terhadap rakyat Palestina.
Di dalam suratnya Walker mengenang mengapa ia memutuskan tidak menayangkan fim “The Color Purple” di Afrika Selatan pada masa apartheid. “Saya sangat yakin dengan metode perubahan sosial tanpa kekerasan meskipun prosesnya kadang kelihatan sangat lama, tetapi kami tidak menyesal karena tidak dapat membagikan secepatnya, misalnya dengan Winnie dan Nelson Mandela serta anak-anak mereka … Apa yang ingin saya katakan adalah, saya sangat ingin mengetahui bahwa bukub-buku saya dibaca oleh orang-orang (Yahudi) di negara Anda, khususnya para pemuda, dan oleh para aktivis pemberani (Yahudi dan Palestina) pembela keadilan dan perdamaian yang saya senang bekerjasama dengannya. Saya berharap satu hari nanti, mungkin segera, hal ini akan terwujud. Tetapi, saat ini bukanlah waktunya.”
Yuk bantu dakwah media BCA 1280720000 a.n. Yayasan Baitul Maal Hidayatullah (BMH). Kunjungi https://dakwah.media/
Menurut laporan Haaretz hari Selasa, tidak jelas kapan Yediot Books meminta agar novel tersebut dicetak ulang, atau kapan Walker menghentikan penerjemahan karyanya itu ke dalam bahasa Hebrew.*