Hidayatullah.com–Dewan Keilmuan Masjid Zaitunah Tunis mengungkap beberapa penyebab hingga para penguasa Tunis para ulama Zaitunah dan masjidnya yang berakhir dengan pelarangan kajian ilmu di masjid bersejarah itu.
Dalam jumpa pers yang digelar oleh Dewan Keilmuan Masjid Zaitunah yang juga menghadirkan para ulama dan menteri, Syeikh Husain Al Ubaidi Ketua Dewan Keilmuan Zaitunah menyampaikan bahwa penentangan penguasa terhadap Zaitunah mulai setelah Syeikh At Thahir bin Asyur mengkritik pernyataan Burqibah,”Siapa yang percaya bahwa tingkat Musa menjadi ular”.
Masih menurut Syeikh Al Ubaidi, penentangan penguasa dengan Syeikh Asyur semakin kuat tatkala Burqibah berkata dengan nada melecehkan,”Berbukalah kalian puasa hingga kalian kuat menghadapai musuh kalian”, yang ditanggapi oleh Syeikh Asyur dengan khutbah beliau,”Barang siapa mengingkari rukun dari rukun-rukun Islam maka ia kafir dan dibunuh serta tidak dimakamkan di pemakaman Muslim”. Burqibah pun membalas dengan mencopot Syeikh Asyur dari aktivitas mengajar di masjid Zaitunah serta mencekal beliau.
Bahkan Syeikh Al Ubaidi menjelaskan bahwa permusuhan Burqibah terhadap Zaitunah dan ulamanya tidak hanya sampai tahapan itu, hingga ia tidak segan-segan menggunakan kekuatan politik dengan menghentikan gaji mereka melalui piahk perwakafan serta mengusir mereka dengan menggunakan kelompok milisi. Hingga menyebabkan sebagaian dari ulama seperti Syeikh Muhmmad An Naifar memilih hijrah ke Aljazair dan Syeikh Umar Al Adasi ke Libya. Bahkan sebagain ulama pun dipenjara dan lainnya dibunuh seperti Syeikh Ar Rahumi Abdul Azizi Al Akrami. Di masa Zain Al Abidin nasib Zaitunah belum pulih, Zaitunah ditutup selama setahun dan dibuka kembali pada tahun 1988. Namun setelah 2500 pencari ilmu berada di Zaitunah pemerintah kembali menutup ruang belajar dan penginapan pelajar.
Yuk bantu dakwah media BCA 1280720000 a.n. Yayasan Baitul Maal Hidayatullah (BMH). Kunjungi https://dakwah.media/
Syeikh Al Ubaidi juga menegaskan bahwa majelis ilmu Zaitunah akan resmi dibuka kembali pada pertengahan bulan depan. Dan Zaitunah berjalan dengan madzhab Maliki dan akidah Asy’ariyah dengan meminta dukungan kepada ulama Al Azhar dan Al Qairawan.
Sebagaiaman diketahui bahwa Zaitunah di masa keemasanya merupakan pusat kajian keislaman seperti Al Azhar di Mesir. Dan lembaga itu sendiri telah menghasilkan ulama besar semisal Syeikh Thahir bin Asyur serta dan Syeikh Al Khadzr Al Husain yang pernah menjabat sebagai Syeikh Al Azhar meski beliau bukan ulama Mesir.